Skripsi
Bagaimana
rasanya ketika skripsi belum selesai? Seperti memikul sebuah bukit kemana pun
kita pergi.
Menulis
skripsi membutuhkan banyak waktu, tenaga, dan pikiran. Proses mencari bahan
tulisan seperti buku, browsing di internet dan jurnal cukup membuat wajah
cemberut. Belum lagi perkara sepele (sekaligus mengesalkan) yaitu masalah
format skripsi, mulai dari margin, spasi, font, cara pengambilan kutipan, dan
lain sebagainya. Terkesan sederhana memang, tapi sedikit akan menghambat proses
pengesahan (atau yang biasa disebut ACC).
Tidak hanya
menguras fisik, skripsi juga menggerus mental. Terkadang ketika kita sudah
mengetik sepenuh hati, memeriksa format tulisan dengan teramat hati-hati, namun
ketika tiba di tangan dosen pembimbing ternyata masih terdapat kesalahan. Harus
merevisi ulang. Walau dalam hati kesalahan itu diakui, tapi rasa kecewa muncul
karena kita menganggap bahwa skripsi sudah sempurna dan berharap pengesahan
segera.
Diantara
berbagai tantangan dalam penulisan skripsi, salah satunya ialah hal yang paling
sulit adalah mengalahkan diri
sendiri. Rasa malas seringkali datang tak terbendung. Terlebih saat masa
skripsi, mata kuliah sudah habis. Praktis, tak ada lagi kesibukan akademik yang
berarti. Tabiat buruk itu semakin menjadi dengan datangnya virus menunda-nunda
pekerjaan.
Sidang
Bagaimana
rasanya ketika skripsi sudah selesai? Seperti menurunkan bukit dari pundak dan
terbang ke angkasa.
Setelah
berbulan-bulan berkutat dengan lembaran A4 penuh coretan, akhirnya saya
menyelesaikan sidang skripsi pada 1 Maret 2014. Alhamdulillah.
Skripsi pada
dasarnya bukan hantu. Tidak ada dosen pembunuh kecuali kita yang membunuh diri
sendiri. Tidak ada cerita bahan sulit jika kita rajin ke pustaka. Tidak ada
kisah halaman skripsi stuck jika kita terus mengetik setiap
hari. Ya, sesulit apapun proses skripsi, jika kita sudah berkomitmen,
InsyaAllah akan selesai.
Sidang skripsi
saya pun alhamdulillah berlangsung tanpa halangan yang berarti. Saya membacakan
Abstrak yang telah saya tulis, menjawab satu-dua pertanyaan dari penguji materi
dan teknis, Alhamdullilah sidang skripsi saya selesai dalam waktu kurang lebih
37 Menit dan sidang skripsi saya pun mendapat nilai 80,75 dengan kategori A.
Masa
Depan
Bagaimana rasanya seminggu setelah sidang?
Seperti berhasil menyingkirkan bukit dari pundak namun kemudian ditimpa gunung.
Setelah sidang skripsi selesai, kita sadar bahwa tidak
ada lagi yang harus dikerjakan, akan tetapi saat waktu luang mulai terasa
membosankan, akhirnya kita menyadari bahwa semua belum selesai.
Timbullah berbagai pertanyaan di dalam diri kita.
Harus kerja di mana? Bagaimana caranya
membahagiakan kedua orang tua? Kapan siap menikah? Itu
hanya sebagian hal-hal besar yang sedang menanti jawaban. Saya selalu mengingat
perkataan seorang sufi yang saya lupa namanya, “Istirahat seorang muslim itu
hanyalah di surga”. Kalau dipikir-pikir benar juga.
Akhirnya, masa depan menanti kita. Setiap tempat yang
kita singgahi bukanlah akhir dari perjalanan, semua itu hanyalah gerbang untuk
memudahkan kita melangkah di perjalanan berikutnya. Sekarang kita hanya perlu
menanyai diri sendiri tentang apa yang akan kita lakukan selanjutnya,
perjalanan apa yang nanti kita pilih untuk ditempuh, usia berapa kita berencana
mengakhiri masa lajang, dan pertanyaan-pertanyaan lain tentang masa depan.
Super sekali bang,
BalasHapussaya Jopra yang kemarin kita ngumpul di parkiran dengan bang peppy..
saya takjub dengan tulisan abang ini, cocok jadi penulis blog.
hee
saya mohon bimbingan dari abang,
Jonny Pratomo
smester VI B
:)