Feri Irawan, S.Pd.I : Selamat datang di blog ini. Silahkan browsing dan jangan lupa tinggalkan komentar sobat.

Rabu, 23 Agustus 2017

PENJELASAN TENTANG NO REGISTRASI AKTE KELAHIRAN PADA DAPODIK 2016

Pada data dapodik terbaru ada kolom untuk menginput no Registrasi Akte Lahir, banyak pertanyaan yang mana no Registrasi Akte lahir tersebut. Menurut Informasi dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipilmengenai hal tersebut maka penginputan pada No Registrasi Akta Lahir yang benar adalah :
Akte lahir itu dibagi 2 :
 1. Akte lahir yang telah mengguanakan sistem online
     lihat pada gambar :
no 1 pada gambar akte lahir online tersebut ialah no kendali atau no blanko akte lahir
no. 2 ialah no Register Akte lahir yang menjadi inputan di dapodik

2. Akte lahir Manual
    lihat pada gambar :


Pada sudut kanan akan tertulis CSL--------- itu merupakan no Blanko, no kode registrasi akte lahir ada pada tanda lingkaran, namun akte manual ini para OPP diminta untuk menginput Akte yang sudah di legalisir oleh pihak DUKCAPIL, karena kebanyakan akte manual datanya belum divalidasi oleh pihak Dukcapil  untuk itu mintalah kepada orang tua siswa untuk melegalisir akte manual tersebut sebelum di input ke dapodik.

Ingat!!

semua data di dapodik bukan sebuah data yang hanya menmbah pekerjaan OPP, namun sebuah menu yang memang ada maksud dan tujuannya. Validasi dan ke akuratan data ialah tugas kita bersama.

Sumber : Foppsi Bkl 
              FORUM OPERATOR PENDATAAN PENDIDIKAN SELURUH INDONESIA (FOPPSI)

Minggu, 28 Mei 2017

Tuntunan Zakat Fitrah, Shalat Idul Fitri Dan Silaturrahim

Zakat Fitrah

  • Hukum zakat fitrah adalah wajib bagi setiap muslim, besar maupun kecil, laki-laki maupun perempuan, orang merdeka maupun tidak.
  • Hikmah zakat fitrah ialah bentuk rasa kasih sayang kepada orang-orang fakir dan memiliki fungsi pembersih atau penyucian dari dosa.
  • Besar zakat fitrah yang harus dikeluarkan untuk setiap orang adalah 3,1 liter atau 2,5 kg beras.
  • Waktu mengeluarkan zakat fitrah adalah ketika matahari terbenam di akhir bulan Ramadhan sampai menjelang shalat hari raya idul fitri.
  • Penerima zakat fitrah adalah delapan golongan, yakni fakir, miskin, amil zakat, muallaf, riqab (budak yang dijanjikan kemerdekaan oleh tuannya), gharim, sabilillah, dan ibnu sabil.

Shalat Idul Fitri

Hal-hal yang dianjurkan sebelum melaksanakan shalat idul fitri adalah mandi dan makan terlebih dahulu sebelum shalat Id. Adapun sifat-sifat shalat Id adalah :
  • Tidak didahului dengan adzan dan iqamat
  • Tidak perlu didahului dengan shalat sunnah qabliyyah dan tahiyatul masjid
  • Dilakukan dua rakaat
  • Setelah takbiratul ihram, bertakbir 7 kali
  • Pada rakaat kedua, bertakbir 5 kali
  • Dalam dua rakaat itu, Imam disunnahkan membaca surah Al A’la dan Al Ghasyiyah
  • Selesai shalat, Imam menyampaikan Khotbah

Silaturrahim

Silaturrahim berasal dari bahasa Arab yang maknanya adalah menyambung kasih saying. Apabila bersilaturrahim setelah shalat Idul fitri, hendaknya mengucapkan : “Semoga Allah menerima puasa kita dan puasa kamu sekalian”. Serta mengucapkan salam pada awalnya dan berjabat tangan sesame jenis, kemudian mengakhiri dengan mohon diri dan salam.


Keutamaan Ibadah Puasa dan Keajaibannya

Puasa Menyingkirkan Kuman di Tubuh

Dr. Robert Bertolio, seorang dokter asal Jerman, menyebutkan bahwa puasa selama satu bulan dapat dijadikan sebagai media yang dapat menyingkirkan kuman-kuman dalam tubuh seseorang. Di antaranya adalah kuman-kuman “Zuhri” yang memiliki kandungan unsur-unsur yang bisa merusak sel-sel  dalam tubuh. Dengan  menjalankan puasa, struktur sel-sel yang rusak tadi bisa menjadi tumbuh kembali. Dr. Blair Charneber bahkan menyatakan bahwa puasa satu bulan penuh bisa menjadi pondasi kehidupan.

Puasa Menurut Imam Ghazali dalam Ihya Ulamiddin

Puasa itu ada dua macam, yaitu puasa bil fi’li (dalam pekerjaan) dan puasa bil qolbi (dalam hati). Puasa Fi’li pengertiannya adalah seperti yang sudah kita dengar yaitu menahan dari makan, minum dan berhubungan suami-istri sejak imsak hingga magrib. Sedangkan  puasa bil qolbi adalah :
  1. Adamu Sum’ah wa riya (meniadakan sum’ah atau pamer dan riya’ pada diri kita).
  2. Adamu hasad (meniadakan sifat hasud atau dengki pada diri kita).
  3. Adamu istikbar (meniadakan sifat sombong pada diri kita).

Rahasia Puasa di Mata Ilmuan Kedokteran Dunia

Alezis Carrel, pemenang hadiah Nobel dibidang kedokteran, dalam bukunya Man the Unknown, mangatakan bahwa banyaknya porsai makanan dapat melemahkan fungsi  organ, dan itu  merupakan faktor  yang besar bagi  berdiamnya  jenis-jenis  kuman dalam  tubuh. Fungsi tersebut adalah fungsi adaptasi terhadap porsi makanan yang sedikit, gula pada jantung bergerak, dan bergerak pula lemak yang tersimpan dalam kulit. Puasa membersihkan  dan pengganti jaringan tubuh. Prof.  Nicko  Lev, dalam bukunya Hungry  for  Healthy, menganjurkan setiap orang agar berpuasa dengan berpantang makan selama  empat minggu  setiap tahun agar memperoleh  kesehatan yang sempurna sepanjang hidup.

Kenapa orang Puasa Harus Berbuka dan Sahur ?

Nabi Muhammad, menganjurkan kepada umatnya agar tidak meninggalakan sahur dan berbuka puasa dengan segera. Ternayata, sahur dan menyegerakan puasa tidak hanya hukumnya sunnah, tapi juga memberikan kebaikkan kepada tubuh. Penelitian ilmiah  membuktikan urgensi makan sahur dan berbuka untuk mensuplai tubuh dengan asam lemak dan amino. Tanpa kedua zat ini, lemak dalam tubuh akan terurai dalam jumlah besar, sehingga mengakibatkan sirosis pada hati, dan menimbulkan berbagai bahaya besar bagi tubuh. Nabi saw bersabda, “Umatku akan tetap dalam keadaan baik selama mereka  menyegerakan berbuka dan mengakhirkan sahur.”

Puasa 6 Hari Sama dengan Puasa Setahun

Imam Ahmad dan Imam an-Nasai, meriwayatkan dari Tsauban bahwa Rasulullah saw, telah bersabda: “Puasa Ramadhan (Pahalanya) sebanding dengan (puasa) sepuluh bulan, sedangkan puasa 6 (enam) hari  di bulan Syawal pahalanya sebanding dengan (puasa) dua bulan, maka itulah (apabila berpuasa ramadhan kemudian diteruskan dengan puasa enam hari di bulan Syawal) bagaikan berpuasa selama setahun.” Dalam redaksi hadits lain  menyebutkan, “Barangsiapa puasa bulan Ramadhan lalu dilanjutkan dengan puasa enam hari di bulan Syawal, maka seperti puasa selama setahun.”

Ibadah Puasa dalam Lintas Agama Manusia

Orang Mesir kuno sudah mengenal puasa, dan berlanjut pada orang Yahudi dan Romawi. Puasa juga ada dalam agama Budha, Kristen dan agama  penyembah bintang. Ibn an-Nadim dalam bukunya, Al-Fharasat menyebutkan bahwa mereka berpuasa tiga puluh hari setahun sebagai simbol penghormatan kepada matahari, bulan dan bintang.  Dalam agama Budha, ada puasa empat hari dalam sebulan. Orang Yahudi mengenal puasa 40 hari untuk mengenang para nabi. Dalam agama Kristen, puasa  bersifat dianjurkan.

Puasa Mengurangi Resiko Terkena Penyakit Kanker

Puasa di bulan Ramadhan memberikan banyak manfaat, selain belajar menahan godaan, juga dapat menurunkan berat badan. Hal ini sudah dibuktikan dari penelitian yang dilakukan oleh University of California. Hasil studi menunjukkan, pembatasan jumlah kalori, dapat menurunkan resiko penyakit  jantung dan kanker. Menurut Dr. Kritsa Varady, yang memimpin sebuah studi  mengenai kelebihan berat badan dan obesitas di University of Illinois, Chicago, ada  penurunan kadar kolestrol darah pada  seseorang yang berpuasa di bulan Ramadhan, sehingga menurunnya tekanan darah, detak jantung, dan lemak pada tubuh.

Puasa Membuat Wanita Tampil Cantik Alami

Apa ada kaitan antara tampil cantik dengan terapi berpuasa? Jawabnya mungkin dapat kita simak dari keterangan berikut ini. Menurut Alvenia M. Fulton, Direktur Lembaga Makanan Sehat “Fultonia” di Amerika Serikat menyatakan bahwa puasa adalah salah satu cara terbaik untuk memperindah dan mempercantik tubuh wanita secara alami. Puasa  menghasilkan kelembutan pesona dan daya pikat. Puasa menormalkan fungsi-fungsi kewanitaan dan membengtuk kembali keindahan tubuh seseorang. Hal ini dapat dipandang logis, karena ketika seseorang berpuasa, maka berdampak pada kesehatan tubuh dan penampilan.

Benarkah Puasa Dapat Membuat Awet Muda ?

Inilah jawabannya. Dr. Yuri Nikolayev, Direktur bagian diet pada Rumah Sakit Jiwa Moskow, telah menilai bahwa kesempatan seseorang untuk berpuasa dapat mengakibatkan seseorang menjadi awet muda. Ini tentu suatu penemuan (ilmu) terbesar abad ini. Sang ilmuan ini menjelaskan, “Menurut pendapat Anda, apakah penemuan  terpenting pada abad ini ? Jam Radio aktif ? Bom Exoset? Menurut pendapat saya, penemuan terbesar dalam abad ini ialah kemampuan seseorang membuat dirinya tetap awet muda secara fisik, mental, dan spritual, melalui puasa yan rasional.”

Puasa Dapat Menyobati Sakit Flu dan Asma

Elson M. Haas, MD, Direktur Medical Centre of Marin (sejak tahun 1984) mengatakan bahwa puasa itu merupakan bagian dari trilogi. Yaitu nutrisi, balancing, building (toning). Elson percaya bahwa puasa adalah bagian yang hilang “Missing link” dalam diet di dunia  Barat. Puasa dapat mengobati penyakit  seperti influeza, bronkitis, diare, konstipasi, alergi makanan, asma, aterosklerosis, hipdertensi, diabetes, obesitas, epilepsi, sakit pada punggung, sakit mental, angina pectoris (nyeri dada karena jantung),  panas, dan insomnia. Nah, kira-kira Anda percaya tidak ? Silakan saja itu dibuktikan.

Kenapa Puasa Senin dan Kamis Sunnah?

Di riwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu daud dan Nasai dari Usamah bin Zaid, bahwa Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya amal-amal manusia dihadapkan kepada Allah pada hari Senin  dan hari Kamis.”  Hadits ini merupakan jawaban dari pertanyaan sahabat yang menanyakan kenapa Nabi berpuasa pada hari Senin dan hari  Kamis itu. Kemudian Nabi menjawab  bahwa dua hari itu  merupakan hari penting dicatatnya amal kebaikan manusia. Sebab itu, ketika amal dihadapkan kepada Allah,  seseorang akan lebih baik jika ia sedang dalam keadaan berpuasa.

Pro-Kotra Kesehatan Ibu Hamil Selama Berpuasa

Douglas Almond, dari Columbia University serta Bhashkar Mazumder dari Federal Reseach Bank of Chicago, telah menerbitkan hasil penelitian yang menyimpulkan bahwa ada efek buruk pada ibu hamil  yang berpuasa di bulan Ramadhan. Penelitian ini dibantah oleh jurnal terbitan  Jerman. Dikensoy, peneliti dari Jerman, menyebutkan bahwa ibu hamil yang berpuasa tidak akan memilki masalah. Tidak ada perbedaan dalam hal pertambahan berat badan ibu, pertambahan bobot bayi, kesehatan bayi, jumlah air ketuban, dan pembuluh darah tali pusar, dan tidak berpengaruh buruk pada perkembangan bayi.

Kemenangan Perang Badar Diantaranya Karena Puasa

Tahukah Anda, bagaimana keadaan umat Islam semasa Perang Badar? Perang Badar terjadi pada 17 bulan Ramadhan. Tentara Islam kala itu tergolong kecil dengan pembekalan perang sangat terbatas. Namun, mereka  mendapat pertolongan dari Allah. Tahukah Anda, kenapa mereka mendapat pertolongan Allah? Seandainya bukan karena puasa, yang menumbuhkan kekuatan fisik mereka, mungkin saja mereka tidak akan memenangkan peperangan yang sangat dahsyat itu. Kekuatan yang dimilki tentara Islam di bulan Puasa  itu juga tampak  pada peperangan di Yarmuk, Qadisiyah, Jalula, Hathin dan lain-lain.

Memberi Buka Puasa Pahalanya Sama dengan Berpuasa

Bulan Ramadhan adalah  bulan perlombaan untuk meraih pahala sebanyak-banyaknya. Karena itu, bersedekah di bulan Ramadhan akan dibalas dengan pahala yang berlimpah ganda juga. Memberi  makan untuk berbuka  puasa bagi umat Islam yang sedang  berpuasa  pahalanya sama dengan orang yang berpuasa. Hal ini ditegaskan dalam hadits Nabi dari  Zaid bin Khalid al-Juhni. “Barangsiapa  yang menyediakan makanan (untuk berbuka puasa) bagi orang-orang  yang berpuasa, maka pahalanya sama dengan orang yang berpuasa tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa tadi sedikitpun.” (HR. At-Tirmidzi dan Nasai).

Oleh Uup Gufron

SEKILAS SEJARAH PUASA

Kapan Puasa Disyariatkan Bagi Umat Islam ?

Menurut Yusuf Al-Qardawi, kewajiban berpuasa bagi umat Islam ditetapkan dan diterapkan pada periode Madinah, sebagiamana umumnya ibadah lainnya. Puasa menurut Qardawi ditetapkan Nabi Muhammad saw sebagai ibadah wajib  pada tahun ke-2 Hijriah setelah arah kiblat diubah dari Masjidil Aqsha di Yerusalem ke Ka’bah, Baitullah Mekkah. Beberapa ulama lain berpendirian bahwa puasa ditetapkan kewajibannya pada tahun ke-3 Hijiriah.

Nabi Muhammad mensosialisasikan pensyariatan puasa dalam dua periode. Awalnya beliau memberi pilihan pada umatnya apakah ingin berpuasa atau membayar fidya, yaitu memberi makan fakir miskin dengan penekanan lebih pada pilihan berpuasa (afdhal). Periode ini kemudian beralih pada periode mengikat dan pasti. Pilihan pun dibatalkan, semua mukalaf yang mampu wajib berpuasa.

Arti Ramadhan dan Kedudukannya

Ramadhan jamaknya ramadhanat atau armidha, maknanya sangat terik atau yang panas karena terik matahari. Orang Arab dahulu ketika mengubah nama-nama bulan dari bahasa lama ke bahasa Arab, mereka menamakan bulan-bulan itu menurut masa yang dilalui (bulan itu). Maka kebetulan bulan Ramadhan masa itu berada dalam kondisi yang panas karena matahari bersinar dengan teriknya. Sebab itulah, bulan itu disebut dengan sebutan Ramadhan, melalui masa panas kerena sangat terik matahari.

Bulan Ramadhan adalah bulan satu-satunya yang disebut namanya dalam al-Qur’an. “Bulan ramadhan adalah bulan yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an untuk menjadi petunjuk bagi umat dan bermacam-macam keterangan yang merupakan petunjuk dan perintah antara yang benar dengan yang batal” (QS. Al-Baqarah ayat 185)  

Allah memilih Ramadhan sebagai momen bagi-Nya untuk melimpahkan nikmat besar-Nya kepada para hamba-Nya, yaitu nikmat al-Qur’an. Al-Qur’an sendiri adalah kitab suci yang tidak ada bandingannya, yang mempunyai daya hidup untuk sepanjang masa selama layar bahtera  dunia berkembang, bahkan kemasa-masa sesudahnya. Al-Qur’an juga adalah tali pengikat bagi seluruh umat Islam di dunia ini.

Bulan Ramadhan adalah bulan Allah menurunkan ayat Al-Qur’an yang terakhir dan yang terawal. Di bulan Ramadhan pula risalah  kerasulan kepada nabi Muhammad saw diturunkan dan menugaskan beliau untuk bangkit dan menyampaikan risalah tauhid kepada umat manusia.

Peristiwa-peristiwa Di sekitar Ramadhan

Banyak peristiwa yang tercatat dalam sejarah yang telah terjadi di bulan Ramadhan antara lain
  1. Perang Badar al-Kubra. Kemenangan  pasukan muslimin dalam perang ini menunjukkan ketinggian kalimat tauhid di tanah Arab. Saat itu, pasukan musyrikin kalah telak yang menjadi bukti nyata kemenangan umat Islam. Peristiwa ini diyakini terjadi pada tanggal 17 Ramadhan dimana umat Islam juga merayakan sebagai hari Nuzulul Qur’an.
  2. Fathul Makkah. Nabi menaklukkan kota Mekkah dan merebutnya kembali dari kaum  musyrikin. Hari ini merupakan hari yang menjadi tanda berakhirnya penyembahan berhala di sisi Ka’bah.
  3. Pada bulan Ramadhan ditetapkan terdapat satu malam mulia yang lebih mulia dari seribu bulan yakni, malam Lailatul Qadar.
Sumber : Majalah Hidayah Penerbit PT. Variasari Malindo

Malam Bersejarah di Bulan Suci Ramadhan

Sejauh ini para ulama berbeda pendapat mengenai sejarah turunnya al-Qur’an pada beberapa hal. Pertama, apakah ia diturunkan secara sekaligus atau berangsur-angsur? Kedua, apakah surat al-Iqra’ atau surat al-Muddatsir yang pertama kali diturunkan? Mari kita lihat bagaimana pendapat beberapa ulama mengenai hal itu.

Sebagian besar ulama berpendapat bahwa surat yang pertama kali diturunkan adalah surat al-Iqra ayat 1-5. Sementara ada yang mengatakan bahwa  al-Muddatsir adalah surat yang pertama kali diturunkan. Mereka memiliki alasannya masing-masing. Namun yang jelas, bahwa sejak ayat-ayat al-Qur’an diturunkan ke dunia, terdapat beberapa perubahan yang terjadi dalam kehidupan umat manusia, salah satunya adalah dengan diperkenalkannya batasan-batasan moral secara tegas yang sebelumnya belum pernah ada.

Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa sejak pertama al-Qur’an diturunkan, berturut-turut al-Qur’an diturunkan sebagai respon (tanggapan) terhadap fenomena sosial yang terjadi pada saat itu, khususnya masyarakat kota Mekkah dan kota Madinah. Sebagai contoh, ketika tradisi Jahiliyah menganggap bahwa bertelanjang, sambil mengelilingi Ka’bah adalah sesuatu yang biasa dilakukan, maka al-Qur’an muncul  melarangnya. Begitu juga ketika masyarakat Jahiliyah sudah biasa dengan segala macam minuman arak  yang memabukkan, al-Qur’an  meresponnya dengan mengharamkannya. Jadi, al-Qur’an muncul sebagai penegak tatanan moral yang sejati dalam kehidupan manusia.

Respon al-Qur’an terhadap fenomena sosial masyarakat Arab tersebut secara tidak langsung menunjukkan kepada kita bahwa kitab suci umat Islam ini diturunkan secara berangsur-angsur (gradual). Hal ini sangat berbeda sekali dengan kitab suci sebelumnya seperti kitab Taurat, Injil, dan Zabur yang diturunkan secara langsung sekaligus. Al-Qur’an menunjukkan kebenaran ini dalam surat al-Isra ayat 106 dan Surat al-Furqan  ayat 32.

Ada beberapa hikmah kenapa al-Qur’an  diturunkan secara berangsur-angsur ini , salah satunya adalah sebagai bukti bahwa al-Qur’an diturunkan oleh Allah swt. Menurut  Ismail R. Al-Faruqi dan Lois Lamya Al-Faruqi, ada beberapa hal yang bisa ditunjukkan dari al-Qur’an yang merupakan firman Allah.

Pertama, umat  Islam sangat memuliakan al-Qur’an. Ia menunjukkan kehadiran Ilahi itu sendiri dan memiliki kemuliaan yang tertinggi.

Kedua, al-Qur’an  tetap abadi dan tak akan berubah. Sejak diturunkannya pada 14 abad yang lalu sampai sekarang al-Qur’an tidak pernah berubah. Yang berubah hanyalah sebatas pemahaman dan penafsiran terhadapnya. Adakah sebuah karya yang sudah berumur ribuan tahun tidak berubah, kalau bukan merupakan ciptaan Tuhan.

Ketiga, al-Qur’an memasukkan semua norma bahasa Arab. Aturan tata bahasa dan kalimat, tashrif kata, susunan dan keindahan bahasa. Pendeknya, semua yang membentuk bahasa, ada diwujudkan dalam al-Qur’an sebagaimana tak pernah terjadi sebelumnya. Dari al-Qur’an lah ahli bahasa Arab menurunkan tata bahasanya, ahli bahasa menurunkan morfologinya, penyair menurunkan kata kiasannya.

Tapi kemudian kita bertanya-tanya, kenapa ayat pertama al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan, sebagaimana dijelaskan dalam surat al-Baqarah ayat 185, al-Qadar ayat 1, dan al-Dukhan ayat 31 ?

Al-Qur’an diturunkan pada bulan Ramadhan dikarenakan di dalamnya terdapat banyak kemuliaan, seperti pahalanya berlipat ganda dan bulan pengampunan. Karena itu, al-Qur’an diturunkan sebagai bagian dari beberapa kemuliaan bulan Ramadhan itu. Keadaan ini semakin sesuai ketika tujuan diturunkannya al-Qur’an sendiri adalah untuk misi kemuliaan, yaitu meluruskan umat manusia dari tingkah laku yang tidak bermoral.  
Dengan demikian, sangatlah  miris hati kita bila saat datangnya bulan Ramadhan kita banyak menjauhkan diri dari al-Qur’an. Bulan Ramadhan tidak dijadikan cerminan bahwa pada bulan ini sebuah kitab suci yang bernama al-Qur’an di turunkan. Kita lupa bahwa perintah membaca sebagaimana pesan surat pertama itu diturunkan tidak diterapkan dalam diri kita untuk membaca al-Qur’an ketika bulan Ramadhan, tentu membacanya dengan sungguh-sungguh.

Pentingnya Membaca

Bacalah....... bacalah..... bacalah! Itulah mungkin pesan penting dari diturunkannya surat Iqra’, Secara sosial historis (sejarah), munculnya perintah membaca dari Tuhan kepada Nabi Muhammad saw, tersebut tidak lain disebabkan pada saat itu tradisi Arab Jahiliyah termasuk dari bangsa yang tidak pandai membaca (ummy). Sehingga ketika surat Iqra diturunkan, bukan saja bermaksud menyindir intelektual masyarakat Jahiliyah yang lemah dalam hal membaca, namun juga merangsang mereka agar banyak belajar tentang kehidupan. Untuk bisa mempelajari banyak kehidupan itu, tentunya sarana vital (penting) adalah melalui membaca.

Akan tetapi, dalam membaca kita tetap harus selektif. Ada bahan bacaan yang mesti  kita baca dan ada yang harus kita tinggalkan. Di sinilah pentingnya rangkaian kata selanjutnya setelah kata iqra’, yaitu bismi rabbika (dengan nama Tuhan-Mu). Tuhan dalam ayat ini adalah lambang kebaikan dan kemuliaan.

Bunyi hadits yang berbunyi, ‘Berakhlaklah kalian dengan akhlak Allah’ (takhallaquu biakhlaqillah) tidak lain dimaksudkan karen Allah adalah lambang kebaikan itu. Bacalah dan pelajarilah bagaimana akhlak Allah itu ! 
Penyayang, Pengasih, Pemberi, Pemaaf adalah salah satu dari sekian banyak akhlak Allah itu. Jadi hendaklah proses membaca itu mampu menggerakkan segala sikap kita untuk semakin dekat kepada Tuhan dan kian akrab dengan kebaikan dalam kehidupan bermasyarakat.

Dengan membaca seseorang bisa berkualitas. Dengan membaca juga suatu bangsa bisa maju. Demikian penting arti membaca ini, sehingga al-Qur’an sendiri sampai  mengulanginya sebanyak dua kali dalam rangkaian wahyu yang pertama itu. Hanya saja  di antara kita sangat sedikit sekali yang mau mengerti tentang pentingnya arti membaca ini. Mundurnya Islam sekarang ini adalah salah satunya, dikarenakan tradisi membaca ini sudah banyak kita tinggalkan.

Pepatah Islam pernah mengatakan, “Al-Hikmah dhallat al-mukmin fakhudz al-hikmat  walau min ahl al-nifaq (ilmu pengetahuan) hikmah pada hakekatnya adalah milik umat Islam yang telah hilang karena itu ambilah dia sekalipun dari orang-orang  munafiq.

Jadi, janganlah kita  beranggapan bahwa ilmu yang sekarang dikembangkan oleh orang-orang Barat adalah ilmu kafir atau ilmu yang menyesatkan, sehingga tidak bisa dipelajari. Hakekatnya, ilmu yang mereka kuasai itu berkat mereka belajar dari Islam. Ilmu yang menyesatkan  adalah yang membuat moral umat manusia semakin rusak dan kian jauh dari Tuhan. Semoga dengan datangnya bulan Ramadhan ini dijadikan sebagai cerminan bagi kita untuk semakin giat membaca. 

Sumber : Majalah Hidayah Penerbit PT. Variasari Malindo

Ihwal Ibadah I’tikaf Di Bulan Ramadhan

Ramadhan punya arti penting bagi umat Islam. Kehadirannya selalu dinanti dan dirindukan. Banyak orang yang berlomba-lomba ingin meraih keberkahannya, namun ada satu kegiatan yang sering dilupakan, i’tikaf di masjid selama Ramadhan.

Banyak kegiatan yang bisa dilakukan di bulan Ramadhan, seperti puasa sehari penuh, membaca al-Qur’an, shalat tarawih secara berjamaah (qiyamul lail) i’tikaf di masjid  dan lain-lain. Semua itu menjadi pandangan yang biasa dalam bulan Ramadhan. Namun, hal yang disebut belakangan, yaitu i’tikaf, sering kali kurang begitu diperhatikan. Banyak dari  kita yang enggan dan malas untuk melakukan i’tikaf di masjid-masjid. Padahal, i’tikaf itu adalah merupakan  amalan sunnah Rasulullah yang biasa dilakukannya selama bulan Ramadhan.

Imam Az-zuhri pernah berkomentar, “Aneh benar keadaan orang Islam, mereka meninggalkan ibadah i’tikaf, padahal Rasulullah saw tidak pernah meninggalkannya sejak beliau datang ke madinah sehingga wafat di sana.” Dalil yang dijadikan sandaran disyariatkannya i’tikaf adalah firman Allah swt, “Dan telah kami perintahkan kepada Ibrahim dan Ismail, “Bersihkanlah rumah-Ku untuk orang-orang yang tawaf yang i’tikaf, yang ruku dan yang sujud.” (QS. Al-Baqarah ayat 125).

Adapun hadits yang berkenaan dengan i’tikaf antara lain: Diriwayatkan dari Aisyah ra. “Bahwasanya Nabi Muhammad saw, senantiasa beri’tikaf pada 10 hari yang akhir di bulan Ramadhan hingga beliau wafat. Kemudian sepeninggal beliau, istri-istri beliaupun beri’tikaf seperti itu.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Aisyah juga meriwayatkan, “Apabila telah tiba 10 hari yang akhir, Rasulullah saw berjaga! Tidak tidur pada malam hari untuk beribadah, beliau bangunkan keluarganya, dan beliau  bersungguh-sungguh serta mengencangkan pakaiannya (tidak menggauli istrinya untuk lebih mendekat kepada Allah).” (HR. Bukhari  dan Muslim).

Hadits di atas memberikan penjelasan bahwa i’tikaf  adalah merupakan  bagian yang terpenting  dari amalan puasa yang sebisa mungkin untuk dilakukan. Kata i’tikaf sendiri berasal dari kata ‘akafa alaihi. Artinya, ia senantiasa atau berkemauan kuat untuk menetapi sesuatu. Secara harfiah, kata i’tikaf berarti tinggal di suatu tempat. Sedangkan secara syar’iyah, kata i’tikaf berarti tinggal di masjid untuk beberapa hari, teristimewa, sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.

Di pandang dari sudut sosial, i’tikaf mempunyai berbagai manfaat bagi kehidupan seorang muslim. I’tikaf bisa menjadi jalan penyelesaian dari masalah hidup yang terus menghimpit. Maksudnya, i’tikaf merupakan kesempatan bagi seorang muslim untuk sejenak  mengasingkan diri dari kesibukan sosialnya. Tetapi itu bukan berarti seorang muslim tidak mau bersosialisasi. I’tikaf menjadi sarana baginya untuk menyerap energi spritual yang telah lama hilang. Kalau perlu, seorang muslim mengambil masa cuti kerjanya untuk berkonsentrasi dalam i’tikaf. Bukan hanya cuti untuk pergi liburan atau hal-hal lain yang berbau hura-hura.

Dalam melaksanakan i’tikaf, sudah barang tentu seorang muslim harus memenuhi ruku-rukunnya yang menjadi bagian pokok dari suatu ibadah. Adapun rukun-rukun i’tikaf itu ada  tiga:
  1. Harus ada mu’takif atau orang orang yang melakukan i’tikaf.
  2. I’tikaf dilakukan di masjid, bukan di rumah, Sayyidina Ali ra pernah  mengatakan: ”Tidak sah i’tikaf selain dalam masjid yang digunakan untuk berjamaah.”
  3. Tempat beri’tikaf, yaitu tempat yang diambil mu’takif untuk tinggal selama dalam i’tikaf.
Seperti tertera dalam hadits di atas, i’tikaf lebih utama apabila dilakukan pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadhan secara berturut-turut. Seseorang yang sedang melakukan i’tikaf tidak boleh meninggalkan masjid, kecuali untuk memenuhi keperluan (hajat) seperti buang air kecil atau besar, mandi dan lain sebagainya. Apabila seseorang bernazar ingin beri’tikaf secara berturut-turut, lalu keluar dari masjid untuk melakukan hal-hal yang tidak termasuk darurat, maka terputuslah i’tikafnya itu.

Rasulullah pernah bersabda, “Sunnah bagi orang yang sedang i’tikaf untuk tidak menengok orang sakit, menyaksikan jenazah, tidak boleh menyentuh perempuan dan jangan bercumbu, dan jangan keluar (dari masjid) untuk suatu keperluan kecuali dalam perkara yang tidak boleh tidak, dan tidak ada i’tikaf melainkan di masjid kami.” (HR. Abu Daud).

Meskipun demikian, mu’takif boleh dikunjungi oleh tamu atau istrinya (HR. Bukhari), dibolehkan pula untuk memakai wangi-wangian, mengakadkan nikah (ijab kabul), makan, tidur, mencuci tangan dan sebagainya. Semua itu adakalanya diperlukan, dan tidak memutuskan kesinambungan i’tikaf.

Bagaimana dengan mu’takif yang mengeluarkan sebagian tubuhnya dari ruangan masjid? Hal ini dijelaskan dalam hadits yang diriwayat dari Aisyah ra. “Pernah Rasulullah saw mengulurkan kepalanya kepada saya sedangkan beliau berada di masjid, kemudian saya menyisir rambutnya. Dan beliau tidak masuk rumah apabila sedang beri’tikaf, kecuali apabila ada keperluan.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan datangnya bulan Ramadhan ini, persiapkanlah mental dan spritual kita untuk menggapai segala keberkahannya. Dan jangan pernah lupa, luangkan waktu sejenak untuk mengistirahatkan diri dan hati untuk mendekatkan diri ke hadirat ilahi Rabbi.

Sumber : Majalah Hidayah Penerbit PT. Variasari Malindo