Dzikir
dalam istilah agama Islam berarti mengingat Allah dengan cara
menyebut sifat-sifat keagungan-Nya atau kemuliaan-Nya, seperti membaca tasbih,
tahmid, takbir dan tahlil.[1]
Menyebut-nyebut asma Allah swt, yakni berdzikirlah merupakan salah satu
perbuatan mengingat Allah swt. Dalam bentuk ucapan lisan yang mengandung arti
pujian, rasa syukur, dan doa kepada Allah swt. Perbuatan tersebut sangat
dianjurkan dalam agama islam. Seperti dalam Surah Al-Baqarah ayat 152
berikut. Yang artinya “Maka ingatlah kepada-Ku Aku akan ingat kepadamu.
Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku”.
Firman
Allah swt, diatas memuat syarat dan janji. Syarat hendak dilakukan manusia, sedangkan
janji akan dipenuhi Allah swt. Berjanji akan mengingat manusia dengan syarat
hamba-Nya mau mengingat Allah. Al-Qur’an menganjurkan umat manusia supaya
memperbanyak dzikir, sebagaimana dijelaskan dalam Surah Al-Ahzab ayat 41.
Yang artinya “ Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan
mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya”. Mengucap dzikir pada dasarnya tidak
dibatasi jumlah bilangannya. Demikian pula mengenai lafal, waktu, cara, dan
tempat melaksanakan. Akan tetapi, dzikir seringnya dilakukan ditempat-tempat
yang suci dilandasi dengan niat ikhlas, disamping sikap khusuk dan tawaduk.
Allah swt berfirman “Dan ingatlah Tuhanmu dalam hatimu dengan rendah hatidan
rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, pada waktu pagi dan petang, dan
janganlah kamu temasuk orang-orang yang lengah”. (Q.S al-A’raf/7: 205)
Firman Allah
swt diatas memuat tata cara berdzikir, antara lain sebagai berikut:
1.
Dzikir
hendaknya dilakukan dengan sikap tadaruk, orang yang berdzikir harus
menampakkan sikap tawaduk.
2.
Dzikir
dilakukan dengan rasa takut Allah swt. Takut kepada keagungan dan kemulian-Nya
sebagai Rabb manusia.
3.
Dzikir
dilakukan dengan cara berbisik-bisik saja, tidak mengeraskan suara, baik pada
waktu siang maupun malam.
Dzikir
mencakup segala keta’atan
Berkata Sa’id
bin Jubeir : “ setiap orang yang beramal karena Allah, demi menaati
perintah Allah, maka ia disebut dzikir kepada Allah”. [2]
Menurut Mujahid,
tidak dapat dikatakan banyak berdzikir, kecuali bila seseorang itu berdzikir
kepada Allah, baik di waktu duduk, berdiri dan berbaring. Dan ketika Ibnu
Shalah ditanya sampai berapa jumlahnya seseorang itu banyak dikatakan
berdzikir, dijawabnya:[3]
“
Ialah jika seseorang itu terus-menerus menyebut dzikir-dzikir baik siang maupun
malam, pagi atau petang, dalam saat-saat dan keadaan yang beraneka ragam”.
Dan
berkata pula Ali bin Abi Thalhah, Allah Ta’ala tidak mewajibkan atas
hamba-Nya, kecuali dengan memberikan hinggaan tertentu, sedang bagi yang ‘uzur
diberi-Nya kelonggaran, kecuali berdzikir. Mengenai hal ini Allah tidak
memberikan batasan dimana harus berhenti. Dan Allah tidak memberikan sesuatu
ke’uzuran buat meninggalkannya, kecuali terpaksa.[4]
Doa menurut
istilah, berarti permohonan sesuatu kepada Allah swt. Yang disampaikan umat
manusia sebagai makhluk-Nya, baik untuk kepentingan di dunia maupun di akhirat
kelak. Islam memberikan tuntunan kepada umanya agar gemar berdoa atau
memohon sesuatu kepada Allah swt, disamping berusaha sesuai kemampuan. Usaha
dan doa hendaknya dilakukan secara berimbang, usaha yang tidak disertai dengan
doa berarti sombong karena merasa tidak memerlukan pertolongan Allah swt.[5]
Dalil tentang perintah berdoa, antara lain tercantum dalam Surah al-Mu’min
ayat 60 dan Surah al-Baqarah ayat 186
“
Dan Tuhanmu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Aku perkenankan
bagimu”. (Q.S. al-Mu’min/40: 60)[6]
“ Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu (Muhammad) tentang
Aku,maka sesungguhnya Aku dekat, Aku kabulkan permohonan orang yang berdoa
apabila ia berdoa kepada-Ku. Hendaklah mereka itu memenuhi (perintah)-Ku dan
beriman kepada-Ku, agar mereka memperoleh kebenaran”. (Q.S.al-Baqarah/2:186)
Berkata Ibnu Jubeir: “Thadarru’ maksudnya merendahkan diri
dan pasrah menaati-Nya. Sedang kuftah dengan hati yang khusyu’ dan keyakinan
yang sehat mengenai keesaan dan ketuhanan-Nyadalm hubungan antaramu
dengan-Nya,jadi bukan dengan suara karena riya’.[7]
Dan telah kita kemukakan dulu riwayat dalam kedua buku Shahih,
yakni tang diterima dari Abu Musa Asy’ari bahwa ketika Nabi saw.
mendengar orang-orang berdoa dengan suara keras, beliau bersabda: “Hai
manusia! Berdoalah dengan suara perlahan,karena kamu tidaklah menyeru orang tuli
ataupun berada ditempat yang kamu seru itu ialah Yang Maha Mendengar lagi Maha
Melihat, dan tempat kamu bermohon itu lebih dekat lagi kepada salah seorangmu
dari leher kendaraannya! Hai Abdullah bin Qeis! Maukah kamu kutunjuki sebuah
kalimat yang merupakan salah satu perbendaharaan surga? Yaitu: “La haula wala
quwata illabillah”.[8]
Setiap
orang yang berdoa mengharapkan agar doanya segera terkabul sesuai harapannya.
Akan tetapi, kenyataannya tidak selalu demikian. Allah swt. adalah Zat Yang
Mahabijaksana. Dia Mahatahu atas segala-galanya dan menentukan sendiri apa yang
di kehendaki-Nya. Dalam mengabulakan doa hamba-Nya, Allah swt memiliki
kebijakan yang tidak diketahui manusia. Oleh sebab itu, ada doa yang segera
dikabulkan, ada doa yang ditunda dan ada doa yang tidak dikabulkan.
Adapun
sebab-sebab tidak atau belum terkabulnya doa itu, antara lain sebagai berikut:
1.
Mungkin ditunda
untuk lain waktu.
2.
Mungkinditangguhkan
di akhirat atau digagalkan dalam bentuk yang lain.
3.
Mungkin tidak
baik (jika dikabilkan) bagi pemohon itu sendiri Allah swt.
Dzikir
dan doa dituntunkan oleh agama (apabila ditaati) akan mendatangkan fadilah (keutamaan)
dan manfaat (kegunaan) bagi manusia. Adapun fadilah dan manfaat dzikir dzikir
dan doa, antara lain sebagai berikut:
1.
Membuat hati
manusia tenteram.
2.
Menyebabkan
manusia berani menghadapi persoalan hidup.
3.
Sebagai saran
kontak batin dengan Allah swt.
4.
Memiliki sikap
hidup dan hati-hati karena merasa selalu berada dalam pengawasan Allah swt.
5.
Sebagai inti
dari ibadah.
6.
Menumbuhkan
optimisme dalam hidup ini karena adanye pengharapan dari Allah swt.
Bacaan Dzikir dan Doa Setelah Sholat
Dzikir kepada
Allah tidak cukup dilakukan dengan hati, tetapi dengan bentuk ucapan lisan
sekedar dapat didengar sendiri. Bacaan dzikir dan doa setelah sholat adlah
sebagai berikut:
1.
Mengucap lafal
istigfar sebanyak tiga kali.
2.
Bacaan talil
tiga kali.
3.
Membaca tasbih
sebanyak 33 kali.
4.
Membaca
hamdalah sebanyak 33 kali.
5.
Membaca takbir
sebanyak 33 kali.
Adapun lafal
doa yang dituntun Islam sangat banyak, baik yang dibaca sesudah sholat fardu maupun pada waktu –waktu lain.
Doa sesudah sholat fardhu antara lain:
1.
Doa untuk kedua
orang tua.
2.
Doa mohon
keselamatan di dunia dan akhirat.
3.
Doa tentang
ilmu yang bermanfaat.
4.
Doa untuk
menjadi orang yang pandai bersyukur.
5.
Doa terhindar
dari musibah.
[1] Penerapan fiqih MTS kls 1. Hal 58
[2] Sayid
sabiq, Fikih Sunnah. Hal 217
[3] Sayid
sabiq, Fikih Sunnah. Hal 217
[4] Sayid
sabiq, Fikih Sunnah. Hal 217
[5]
Penerapan fiqih MTS kls 1. Hal 59
[6]
Penerapan fiqih MTS kls 1. Hal 58
[7] Sayid
sabiq, Fikih Sunnah. Hal 244
[8]Sayid
sabiq, Fikih Sunnah. Hal 244
Tidak ada komentar:
Posting Komentar