Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an :
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk
(isi) neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati,
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai
mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah),
dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar
(ayat-ayat Allah) mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat
lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS Al-‘Araf 179)
Allah SWT
memberikan peringatan kepada mereka dari golongan jin dan manusia yang tidak
mengenal kekuasaan Allah yakni neraka Jahanam. Mufasir memberikan keterangan
pada ayat di atas tentang penggunaan kalimat dzara’na (Kami jadikan/kami
pendamkan) dalam Al-Qur’an hanya sekali kalimat tersebut tertera.
Mengapa Allah menjadikan golongan jin dan manusia dipendam dalam neraka
jahanam? Sesungguhnya Allah telah memberikan sesuatu kepada jin dan manusia dan
tidak ada pada makhluk lain dan sesuatu itu adalah Qolbun (Hati).
Dalam
Al-Qur’an terdapat 130 ayat yang berkaitan dengan masalah hati. Sesungguhnya
hati merupakan sentral dalam mengarungi kehidupan. Karena hati ini adalah
sentral kehidupan cermin dalam kebijakannya, di perlihatkan apabila baik hatinya
maka seluruh amalnyapun baik, dan sebaliknya apabila hatinya buruk maka semua
amalnya juga buruk. Allah SWT menyatakan dalam Al-Qur’an
“(yaitu) di hari
harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. Kecuali orang orang yang menghadap
Allah dengan hati yang bersih. Dan (dihari itu) didekatkanlah Syurga kepada
orang-orang yang bertaqwa. (QS. Asy-Syu’araa 88 – 90)
Sesungguhnya tidak
ada sesuatu yang dibanggakan didunia ini seperti, harta, kedudukan, pangkat dan
jabatan dan lain sebagainya terkecuali yang datang kepada Allah hanyalah
kebeningan hati yang suci. Penjelasan ayat selanjutnya memberikan perbandingan
bagi jin dan manusia yang tidak memberikan perhatian terhadap hatinya yaitu
dengan “hewan ternak” bahkan lebih sesat dari pada hewan ternak.
Mendengar ayat ini sebahagian para sahabat menangis dan kemudian
menanyakan kepada Rasulullah SAW, “ya Rasul mengapa Allah SWT menyatakan untuk
memuliakan anak Adam dan kenapa di satu sisi Allah mengatakan mereka bagaikan
hewan ternak bahkan lebih rendah dari pada hewan ternak? Rasulullah berkata “
sesungguhnya hatinya tidak ada perhatian, dan tidak mau mengetahui kepentingan
kaum muslimin”.
Mereka yang hatinya yang tertutup dalam pengertian tidak
mengenal Allah cirinya adalah tidak terlepas dari keburukan dan penderitaan,
sehingga mereka menjadikan umat Islam menjadi terpecah belah. Kenapa hati tidak
di berikan perhatian yang besar? Jawabannya adalah karena hati tersebut tidak
ada nur (cahaya) artinya hati yang hanya berurusan dengan materi duniawi.
Sehingga Rasulullah SAW timbul kekhawatiran :
“Yang paling aku takuti
nanti pada umatku, sahabat bertanya, apa ya Rasulullah? Yaitu cinta dunia dan
takut mati”
Imam khusen mengatakan, disaat kalian diperintahkan untuk
Shalat satu hari satu malam mungkin kalian mengerjakannya, disaat kalian
diperintahkan untuk bertasbih mungkin kalian menangis, tetapi disaat dunia
kalian terhalangi oleh agamamu sungguh kalian akan mencampakkan agama daripada
dunia. Oleh karena itu kita mencoba merenung kembali dalam kehidupan ini, jangan
sampai AlQur’an mengkatagorikan kita sebagai orang yang mempunyai hati tapi
tidak mengenal kekuasaan Allah.
Imam Ja’far Shodiq memberikan gambaran
bahwasannya setiap manusia yang terlalu cinta terhadap dunia, hidupnya tidak
mengenal Allah. Tetapi dikala manusia itu menemukan kesulitan dalam hidupnya
baru membutuhkan pertolongan Allah. Apa jadinya jika manusia yang mempunyai
sifat seperti ini kemudian memimpin umah, memegang jabatan, berterimakasih
kepada Allah saja sudah di jadikannya beban. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an
:
“Diantara manusia ada yang mengatakan : kami beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Padahal sesungguhnya mereka itu bukan orang orang yang beriman.
Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya
menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar”. (QS. Al-Baqoroh 8 - 9)
Munafik lebih besar bahayanya dari pada kafir, karena orang kafir dapat
diketahui kekafirannya. Sedangkan munafik bermuka dua, berjuang untuk umat
tetapi bukan untuk Allah melainkan untuk kepentingan dirinya sendiri. Mereka
berusaha untuk menipu Allah dan orang-orang mu’min, padahal tidak akan mungkin
Allah tertipu. Tanpa disadari padahal dia tertipu oleh dirinya sendiri.
Kepribadian yang ada pada orang-orang munafik cirinya adalah ‘pembohong”.
Ciri lainnya mereka mempunyai mata, tapi mata mereka tertutup terlihat
dari cara pandang mereka terhadap kekuasaan Allah. Allah memberikan ancaman bagi
manusia yang lupa pada kekuasaan-Nya maka Allah pun akan melupakannya.
Imam Al-Ghazali dalam kitabnya memberikan ciri yang menyebabkan mata
hati kita tertutup antara lain disebabkan oleh harta, jabatan, ilmu,
kepopuleran, keturunan dan lain sebagainya. Tetapi yang berbahaya adalah dikala
ma’siat menjadi bagian dari dirinya, dan dengan kemaksiatannya itu dia tidak
merasakan apapun, padahal adzab Allah sudah menanti. Berbeda dengan orang mu’min
dikala sedikit melakukan kesalahan, hatinya ketakutan dan gelisah, karena
dirinya takut terhiasi oleh perbuatan syaitan. Memang sulit membuka mata hati,
karena kita adalah manusia yang lemah hanya Allah SWT yang dapat membuka mata
hati kita. Hati yang terbuka menjadikan kita mengenal Allah dan menyadari bahwa
suatu hari nanti kita akan menanti panggilannya, tidak ada makhluk satu pun yang
tidak luput dari kematian.
Dunia yang kita pijak ini adalah sarana untuk
kita dan untuk mengenal Allah. Dalam bentuk apa saja perjuangan kita didunia
mempunyai dua pilihan, ibadah kepada Allah atau kepada Syaiton, berbuat ma’siat
atau ta’at kepada Allah. Rasulullah bersabda :
“Apabila ada taman syurga
di muka bumi mampirlah engkau, dimana taman syurganya Allah? Ditempat orang yang
diingati tentang siapa dirinya kepada Allah, disadarkan dirinya dibuka mata
hatinya untuk sujud kepada Allah.”
Ayat di atas memberikan gambaran,
bagaimana jadinya ketika telinga-telinga mereka tidak lagi mengenal ayat-ayat
Allah, sehingga mereka hidupnya bagaikan ternak. Apa hidup ternak? Hidup ternak
tidak akan jauh dari makan, minum, tidur, syahwat. Tetapi semua yang dilakukan
ternak terbatas, tentunya berbeda dengan manusia yang selalu berkeinginan untuk
melebihi batasnya, contoh; sudah tersedia makan dan minuman yang halal, tetapi
yang harampun dimakan dan diminumnya, syahwat manusia yang telah diatur dalam
Al-Qur’an, tetapi tidak mampu mengendalikannya. Islam memberikan tujuan bagi
umat muslim untuk mencari ketenangan dalam hidupnya. Jalan menuju ketenangan
hanyalah dengan berdzikir kepada Allah, dan memohon petunjuk dari Allah SWT.
Oleh karena itu sadarilah bahwa kita adalah hamba Allah. Setiap apa yang
kita lakukan akan dibalas oleh Allah didunia dan akherat.
Narasumber:
RINGKASAN KAJIAN SENIN
29 Maret 2004 M / 8 Shafar 1425 H
Oleh : Ust.
Othman Umar Shihab
diambil dari Buletin Masjid Baitul Ihsan,
Jakarta
kafemuslimah.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar