Feri Irawan, S.Pd.I : Selamat datang di blog ini. Silahkan browsing dan jangan lupa tinggalkan komentar sobat.

Minggu, 20 April 2014

Islam Memuliakan Wanita


Islam sering dituding sebagai agama yang tidak memihak wanita karena sebagian aturan-aturannya dianggap mengekang kebebasan kaum wanita. Aturan-aturan Islam ‘klasik' dianggap terlalu maskulin atau male-biased, cenderung bias jender, yang menempatkan wanita pada posisi nomor dua setelah kaum pria. Karenanya, aturan-aturan Islam dianggap tidak relevan dengan kondisi saat ini, karena bertentangan dengan konsep kesetaraan; seperti hukum-hukum yang berkaitan dengan waris, poligami, kepemimpinan laki-laki dalam keluarga, nafkah, pakaian Muslimah; apalagi kepemimpinan laki-laki dalam negara yang jabatan ini memang diharamkan bagi wanita. 

Merebaknya paham sekularisme di tengah-tengah kaum Muslim yang melahirkan kebebasan dan gaya hidup individualis-materialistis rupanya telah memberikan pengaruh besar kepada kaum Muslim dan mengkondisikan mereka untuk menerima apapun yang berbau ‘modern' Wajar jika kemudian, kebahagiaan diukur dengan nilai-nilai yang bersifat duniawi, seperti terpenuhinya sebanyak mungkin kebutuhan jasmani atau sebanyak mungkin materi yang dihasilkan. Akhirnya, para wanita bersaing dengan kaum pria untuk menghasilkan karya dan mendapatkan materi sebanyak-banyaknya sehingga peran wanita sebagai istri dan ibu sering diabaikan dan dianggap tidak berarti, karena tidak dapat memberikan konstribusi secara ekonomi kepada keluarga. 

Para wanita bersaing dengan pria untuk merebut posisi tertinggi dalam suatu pekerjaan, lembaga, bahkan dalam pemerintahan; tanpa mencermati terlebih dulu apakah langkah tersebut diperbolehkan atau tidak oleh Islam. Mereka bangga menjadi seseorang yang mampu memberi konstribusi besar secara materi kepada keluarga. Sebaliknya, mereka nyaris menanggalkan kebanggaannya menjadi seorang Muslimah serta kemuliaannya sebagai istri dan ibu, pengasuh dan pendidik bagi anak-anak dan masyarakatnya.



Bagaimana Islam Memandang Wanita?


Islam merupakan din yang sempurna. Seluruh ajarannya bersumber dari wahyu Ilahi yang tidak akan berubah sampai kapanpun. Allah Swt. telah memberikan aturan-aturan dengan rinci. Dengan aturan-aturan itu, seluruh problem hidup makhluk-Nya dalam situasi dan kondisi apapun dapat diselesaikan dengan memuaskan tanpa ada satu pun yang dirugikan.

Aturan-aturan Islam senantiasa memuaskan akal dan sesuai dengan fitrah manusia. Sebab, Islam lahir dari Zat Yang menciptakan manusia; Dia Mahatahu atas hakikat makhluk yang diciptakan-Nya. Islam memandang bahwa kebahagiaan dan kemuliaan seseorang tidak diukur dari materi yang dapatrapan umat; di tangannya pula tergenggam masa depan umat —karena ia adalah tiang negara, yang menentukan tegak atau runtuhnya sebuah negara/masyarakat.

Karenanya, Islam sangat mendorong para wanita untuk senantiasa tanggap terhadap segala sesuatu yang ada di sekelilingnya (sadar politik). Mereka juga terus didorong untuk membekali diri dengan pemahaman Islam sehingga mampu menyelesaikan seluruh problem yang ada di sekelilingnya dengan benar.

Senantiasa tersimpan dalam benak kita, betapa Rasulullah saw. tidak pernah membedakan para wanita dalam mendapatkan ilmu. Rasulullah saw. bahkan menyediakan waktu dan tempat tersendiri untuk kajian kaum wanita atau mengutus orang-orang tertentu untuk mengajari para wanita bersama mahram-nya. 

Sangatlah jelas, bahwa Islam mencerdaskan kaum wanita, karena ia adalah juga bagian dari warga negara sebagaimana kaum pria; keduanya bertanggung jawab untuk membawa umatnya ke keadaan yang lebih baik.



Islam Memuliakan Wanita


Ketika Islam datang ke muka bumi ini dibawa oleh Rasulullah Muhammad saw., sebenarnya telah sangat nyata bahwa Islam meninggikan derajat kaum wanita. Islam mencela dengan keras tradisi Jahiliah, di antaranya mengubur hidup-hidup anak perempuan yang baru dilahirkan atau pewarisan istri ayah kepada anak laki-lakinya. Celaan Islam atas perilaku Jahiliah tersebut menunjukkan bahwa Islam sangat memuliakan dan meninggikan derajat kaum wanita. Allah Swt. berfirman: 


Jika seseorang dari mereka dikabari dengan (kelahiran) anak perempuan, merah-padamlah mukanya, dan ia sangat marah. Ia bersembunyi dari orang banyak disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah ia akan memeliharanya dan menanggung kehinaan atau menguburkannya ke dalam tanah hidup-hidup? Ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka tetapkan itu. (QS an-Nahl [16]: 58-59).


Rasul saw. juga bersabda, sebagaimana dituturkan Abu Hurairah ra.:


Seseorang pernah bertanya kepada Rasulullah, “Siapa orang yang paling berhak diperlakukan dengan baik?" Rasul menjawab, “Ibumu, ibumu, ibumu; lalu bapakmu; baru kemudian kepada orang yang lebih dekat dan seterusnya. (HR Muslim).


Dari beberapa hadis di atas dapatlah dipahami, bahwa Islam benar-benar menghargai dan memuliakan kaum hawa. Banyaknya pujian yang diberikan oleh Allah dan Rasul-Nya terhadap kaum wanita mengandung makna bahwa Islam meninggikan derajat kaum wanita; sedikitpun tidak menempatkan wanita pada posisi nomor dua setelah laki-laki. Artinya, Islam tidak pernah berlaku tidak adil kepada wanita. 

Ketika Allah dan Rasul-Nya mengharamkan wanita duduk pada jabatan kekuasaan, tidak berarti bahwa Islam menempatkan wanita pada posisi warga negara nomor dua setelah laki-laki. Sebab, dalam pandangan Islam, posisi apapun seseorang, apakah sebagai rakyat ataupun penguasa adalah sama, yang satu tidak lebih tinggi dari yang lain. Keduanya sebagai hamba Allah yang memiliki kewajiban untuk melaksanakan aturan-aturan Allah dan Rasul-Nya sesuai dengan fungsi dan peran masing-masing; penguasa sebagai pelaksana aturan-aturan Allah secara langsung, sedangkan rakyat sebagai pengontrol jalannya pemerintahan dan pengoreksi penguasa. 

Adanya perbedaan ini tidak berarti yang satu lebih tinggi atau lebih mulia dari yang lain. Semua ini ditetapkan Allah sesuai dengan fitrahnya masing-masing; semata-mata demi kemaslahatan dan kelanggengan hidup manusia. Sebab, nilai kemuliaan seseorang di mata Allah tidak diukur dari jenis kelaminnya, tetapi karena ketakwaan dan ketundukkanya kepada-Nya. Keberadaan keduanya di dunia ini adalah sebagai makhluk Allah yang saling melengkapi dalam menjalani kehidupan, dengan pembagian peran yang jelas dan seimbang serta tetap mengacu pada aturan yang telah Allah berikan. Dengan itulah manusia, baik pria maupun wanita, dapat meraih kebahagiaan yang hakiki di dunia dan akhirat. 

Wallâh a‘lam bi ash-shawâb. 

Afkar Al-Wa’ie Edisi 54



Najmah Saiidah




Daftar Pustaka
1. Al-Hatimy, Said Abdullah Seif. 1994. Citra Sebuah Identitas; Wanita dalam Perjalanan Sejarah. Surabaya. Risalah Gusti.
2. An-Nabhani, Taqiyyuddin. 1990. An-Nizhâm al-Ijtimâ’i fi al-Islâm. Cet III. Beirut: Darul Ummah.
3. Engineer, Ashgar Ali. 1994. Hak-hak Perempuan dalam Islam. Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya.
4. Ilyas, Yunahar. 1997. Feminisme dalam kajian Tafsir Al-Qur’an Klasik dan Kontemporer. Cet I. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
5. Jurnal Perempuan untuk Pencerahan dan Kesetaraan, edisi XII/Nov-Des 1999
6. Rasyid Ridha, Muhammad. Jawaban Islam Terhadap Berbagai Keraguan Seputar Keberadaan Wanita. Pustaka Progessif.
7. Menakar ‘Harga' Perempuan: Eksplorasi Lanjut Atas Hak-hak Reproduksi dalam Islam. 1999. Bandung: Mizan.

Hadits Tentang Sakit dan Mengunjungi Orang Sakit


Sesungguhnya Allah SWT berfirman pada hari qiyamat, "Hai.. anak Adam, Aku sakit, tetapi kalian tidak menjengukKU?". "Ya Rabbi bagaimana aku menjenguk padaMu padahal Engkau Robbul Alamin (Tuhan semesta alam). Firman Tuhan : "Apakah anda tidak mengetahui bahwa hambaKu fulan sakit, dan anda tidak menjenguknya, apakah anda tidak mengetahui sekiranya anda menjenguk pada­nya pasti anda mendapatkan Aku padanya (pahalaKu yang tidak terhingga besarnya)". (H.R. Muslim).

Sesungguhnya orang yang menjenguk orang sakit itu akan dinaungi oleh Allah SWT dengan tujuh puluh lima ribu Malaikat. (R. Ath-Thabarani).

Rasulullah SAW bersabda, "Tiga macam, ketiga-tiganya kewajiban tiap muslim; menjenguk orang sakit dan menghadiri janazah, dan mendo'akan orang bersin jika membaca Alhamdulillah. (H.R. Bukhari). 

Jika seorang menjenguk saudara sesama muslim diwaktu pagi maka akan dido'akan oleh tujuh puluh ribu Malaikat hingga sore, dan jika menjenguk diwaktu sore maka akan dido'akan oleh' tujuh puluh ribu Malaikat hingga pagi. (R. Ahmad).


Keterangan

Menjenguk orang sakit itu sangat dianjurkan, bahkan ia sebagai sunnat yang mu'akkad menurut pendapat Jumhur ulama', dan sebagian ulama' Maliki yang berpen­dapat fardhu kifayah, Bahkan Imam Bukhari menjelaskan wajibnya, tetapi tidak sunnat menjenguk pada orang fasiq yang terang-terang fasiqnya, bahkan haram atau makruh sebab memang dilarang berhubungan baik dengan fasiq, juga makruh menjenguk ahli bid'ah, lebih-lebih apabila ia (dirinya) termasuk seorang alim, yang dapat menimbulkan salah sangka pada umum untuk mengikutinya (murid-pengikutnya), maka dalam hal ini haram.

Dan yang dimaksud dengan penyakit itu yang dapat menjadi udzur untuk meninggalkan sholat jum'at. Dan menjenguk saudara muslim sakit pada hari jum'at lebih afdhal dari lain-lainnya. Dan sunnat bagi orang yang menjenguknya menyenangkan hati orang yang sakit, dengan menyebut pahalanya penyakit, dan menganjurkan sabar, dan jangan sampai mengeluh dalam rintihannya, dan supaya banyak dzikir, kemudian minta doa dari orang yang sakit (saling mendoakan) karena hadits yang menyatakan bahwa do'a orang sakit itu sama dengan do'a Malaikat. 

Juga tersebut dalam hadits bahwa Nabi SAW jika menjenguk orang sakit bersabda : "Laa ba'sa thahurun insya Allah (Tidak apa, penyak'itmu menjadi penebus dosa, dan akan membersihkan kamu dari dosa-dosamu)."

Dalam hadits yang shahih, Nabi SAW ber­sabda, "Siapa yang membaca As'alu Allahal adhiem, rabbal arsyil adhiem an yasy fiyaka 7 x. (Saya mohon kepada Allah yang maha agung, yang mempunyai arsy yang besar, semoga menyembuhkan anda 7 x) untuk orang sakit yang belum tiba ajalnya, pasti Allah akan menyembuhkannya dari penyakitnya.

Bukhari, Muslim meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w. bersabda :
"Tiada seorang mu'min yang ditimpa oleh lelah atau pe­nyakit, atau risau fikiran atau sedih hati, sampaipun jika terkena duri, melainkan semua penderitaan itu akan di­jadikan penebus dosanya oleh Allah. (HR Bukhari-Muslim)

Abu Dawud meriwayatkan Nabi s.a.w. bersabda : "Seorang mu'min jika sakit, kemudian sembuh, maka penyakit itu menjadi penebus dosanya, dan peringatan dalam menghadapi masa depannya, sebaliknya orang munafik jika sakit lain sembuh, maka ia bagaikan onta yang diikat kemudian dilepas oleh majikannya, ia tidak mengtahui mengapa diikat dan mengapa dilepas ". (HR Abu Dawud)

Bukhari meriwayatkan, Nabi s.a.w. bersabda : "Siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah padanya, maka diberinya bala' (ujian). 

Atthabarani meriwayatkan,Nabi s.a.w. bersabda : "Akan dihadapkan orang-orang yang mati syahid untuk dihisab, kemudian orang-orang ahli sedekah juga untuk dihisab (diadakan perhitungan amal) kemudian dihadapkan orang-orang ahli bala' (orang mukmi yang menerima bala', dan bagi mereka ini tidak ada timbangan amal atau hisab, sedangkan pahala dituangkan pada mereka ini sepuas-puasnya sehingga orang-orang yang sehat dan tidak menderita itu ingin andaikan mereka diguntingi badan mereka dengan gunting (yakni mereka akan rela) karena melihat betapa besar pahala Allah bagi orang yang menderita bala' itu". (HR Ath-Thabarani)

Atthabarani juga meriwayatkan, "Jika sakit seorang hamba hingga tiga hari, maka keluar dari dosa-dosanya sebagaimana keadaannya ketika baru lahir dari kandungan ibunya. (HR Ath-Thabarani)

Ibn Abid Dunya meriwayatkan, "Siapa yang dapat menyembunyikan sakit panasnya satu hari saja, maka Allah akan melepaskannya dari dosa-dosanya bagaikan keadaannya ketika baru lahir dari kandungan ibunya. Dan dicatat untuk bebas dari neraka, ditutupinya sebagaimana ia menutupi bala' Allah didunia (ya'ni bala' yang dideritanya ketika hidup di dunia)". (HR Abi Dunya) 

Ahmad dan Atthabarani meriwayatkan "Sesungguhnya penyakit pening kepala dan panas dalam itu selalu berjangkit pada seorang mu'min yang dosanya sebesar bukit uhud, maka tidak terhenti penderitaan itu sehingga tidak ada sisa dari dosa-dosanya itu walau seberat biji sawi". (HR Ahmad & Ath-Thabarni)

Alqadha'i meriwayatkan, "Penyakit panas itu menjaga tiap mu'min dari neraka, dan panas semalam cukup dapat menebus dosa setahun (HR Al-Qadha’i)

Ibn Majah meriwayatkan, "Penyakit panas (demam) itu alat peniup jahannam, maka jauhkan dari kamu dengan air -dingin. (HR Ibn Majah)

Ahmad, Attirmidzi, dan Annasa'i meriwayatkan," Siapa yang mati karena sakit perut (berak-berak/muntaber) tidak akan disiksa dalam kubur". (HR Ahmad, At-Tirmidzi & An-Nasa’i)

Juga tersebut dalam hadits sahih, "Siapa yang menderita mushibah (bala') pada diri dan hartanya, lalu disembunyikannya, dan tidak mengeluh pada orang-orang, maka ia berhak untuk diampunkan oleh Allah' ta'alla".

Abu Musa Al-asy'ari r.a. berkata : Aku putus dengan orang-orang yang diputus hubungan oleh Rasulullah SAW, karena sesungguhnya Rasulullah s.a.w. putus hubungan dengan orang-orang yang menjerit-jerit ketika kematian, dan yang mencukur rambut kepalanya, dan yang merobek-robek bajunya, ketika ditimpa mushibah. (H.R. Bukhari, Muslim).

Abdullah bin Mas'uud r.a. berkata : Rasulullah s.a.w. ber­sabda, "Bukan dari ummatku orang-orang yang memukul-mukul; mukanya, dan merobek bajunya, dan mengeluh dengan kebiasaan jahiliyah. (ya'ni semua itu ketika menghadapi mushibah). (H.R. Bukhari, Muslim).

Alhakim dan Ibn Hibban meriwayatkan, "Tiga macam dari pada tanda kekafiran terhadap Allah; Merobek baju dan merintih (niyahah) dan menghina nasab orang (keturunan orang)".

Ibn Majah meriwayatkan, "Merintih itu termasuk kebiasaan jahiliyah, dan orang yang merintih, jika ia mati sebelum tobat, maka Allah akan memotongkan untuknya pakaian dari lantung dan kutang dari uap api neraka. (HR Ibn Majah)


Keterangan

Para ulama berbeda faham tentang pahala orang sakit, apakah karena penyakitnya atau karena sabarnya. Pendapat yang sesuai dengan hadits, yaitu jika sabar atas penyakit maka ia diberi pahala karena penyakit dan sabarnya, jika tidak sabar, maka tidak ada pahala sama sekali.

Izzuddin bin Abdussalam. ra berkata : Bala' mushibah itu, tidak mengandung pahala sebab ia bukan perbuatan hamba, dan pahalanya (dalam menerima bala' itu hanya didapat karena sabar. Tetapi penyakit itu dapat menebus dosa meskipun tidak sabar, sebab penebus dosa tidak disyaratkan harus usaha hamba tersebut yang diberi penyakit. Tetapi bagi yang menderita penyakit lalu ia bersabar maka ia mendapatkan keutamaan yang besar.

Membuka Mata Hati


Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an :
“Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi) neraka Jahanam kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah) mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (QS Al-‘Araf 179) 

Allah SWT memberikan peringatan kepada mereka dari golongan jin dan manusia yang tidak mengenal kekuasaan Allah yakni neraka Jahanam. Mufasir memberikan keterangan pada ayat di atas tentang penggunaan kalimat dzara’na (Kami jadikan/kami pendamkan) dalam Al-Qur’an hanya sekali kalimat tersebut tertera. 

Mengapa Allah menjadikan golongan jin dan manusia dipendam dalam neraka jahanam? Sesungguhnya Allah telah memberikan sesuatu kepada jin dan manusia dan tidak ada pada makhluk lain dan sesuatu itu adalah Qolbun (Hati).

Dalam Al-Qur’an terdapat 130 ayat yang berkaitan dengan masalah hati. Sesungguhnya hati merupakan sentral dalam mengarungi kehidupan. Karena hati ini adalah sentral kehidupan cermin dalam kebijakannya, di perlihatkan apabila baik hatinya maka seluruh amalnyapun baik, dan sebaliknya apabila hatinya buruk maka semua amalnya juga buruk. Allah SWT menyatakan dalam Al-Qur’an

“(yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna. Kecuali orang orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih. Dan (dihari itu) didekatkanlah Syurga kepada orang-orang yang bertaqwa. (QS. Asy-Syu’araa 88 – 90) 

Sesungguhnya tidak ada sesuatu yang dibanggakan didunia ini seperti, harta, kedudukan, pangkat dan jabatan dan lain sebagainya terkecuali yang datang kepada Allah hanyalah kebeningan hati yang suci. Penjelasan ayat selanjutnya memberikan perbandingan bagi jin dan manusia yang tidak memberikan perhatian terhadap hatinya yaitu dengan “hewan ternak” bahkan lebih sesat dari pada hewan ternak. 

Mendengar ayat ini sebahagian para sahabat menangis dan kemudian menanyakan kepada Rasulullah SAW, “ya Rasul mengapa Allah SWT menyatakan untuk memuliakan anak Adam dan kenapa di satu sisi Allah mengatakan mereka bagaikan hewan ternak bahkan lebih rendah dari pada hewan ternak? Rasulullah berkata “ sesungguhnya hatinya tidak ada perhatian, dan tidak mau mengetahui kepentingan kaum muslimin”. 

Mereka yang hatinya yang tertutup dalam pengertian tidak mengenal Allah cirinya adalah tidak terlepas dari keburukan dan penderitaan, sehingga mereka menjadikan umat Islam menjadi terpecah belah. Kenapa hati tidak di berikan perhatian yang besar? Jawabannya adalah karena hati tersebut tidak ada nur (cahaya) artinya hati yang hanya berurusan dengan materi duniawi. Sehingga Rasulullah SAW timbul kekhawatiran :

“Yang paling aku takuti nanti pada umatku, sahabat bertanya, apa ya Rasulullah? Yaitu cinta dunia dan takut mati” 

Imam khusen mengatakan, disaat kalian diperintahkan untuk Shalat satu hari satu malam mungkin kalian mengerjakannya, disaat kalian diperintahkan untuk bertasbih mungkin kalian menangis, tetapi disaat dunia kalian terhalangi oleh agamamu sungguh kalian akan mencampakkan agama daripada dunia. Oleh karena itu kita mencoba merenung kembali dalam kehidupan ini, jangan sampai AlQur’an mengkatagorikan kita sebagai orang yang mempunyai hati tapi tidak mengenal kekuasaan Allah. 

Imam Ja’far Shodiq memberikan gambaran bahwasannya setiap manusia yang terlalu cinta terhadap dunia, hidupnya tidak mengenal Allah. Tetapi dikala manusia itu menemukan kesulitan dalam hidupnya baru membutuhkan pertolongan Allah. Apa jadinya jika manusia yang mempunyai sifat seperti ini kemudian memimpin umah, memegang jabatan, berterimakasih kepada Allah saja sudah di jadikannya beban. Allah SWT berfirman dalam Al-Qur’an :

“Diantara manusia ada yang mengatakan : kami beriman kepada Allah dan hari kemudian. Padahal sesungguhnya mereka itu bukan orang orang yang beriman. Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar”. (QS. Al-Baqoroh 8 - 9) 

Munafik lebih besar bahayanya dari pada kafir, karena orang kafir dapat diketahui kekafirannya. Sedangkan munafik bermuka dua, berjuang untuk umat tetapi bukan untuk Allah melainkan untuk kepentingan dirinya sendiri. Mereka berusaha untuk menipu Allah dan orang-orang mu’min, padahal tidak akan mungkin Allah tertipu. Tanpa disadari padahal dia tertipu oleh dirinya sendiri. Kepribadian yang ada pada orang-orang munafik cirinya adalah ‘pembohong”. 

Ciri lainnya mereka mempunyai mata, tapi mata mereka tertutup terlihat dari cara pandang mereka terhadap kekuasaan Allah. Allah memberikan ancaman bagi manusia yang lupa pada kekuasaan-Nya maka Allah pun akan melupakannya. 

Imam Al-Ghazali dalam kitabnya memberikan ciri yang menyebabkan mata hati kita tertutup antara lain disebabkan oleh harta, jabatan, ilmu, kepopuleran, keturunan dan lain sebagainya. Tetapi yang berbahaya adalah dikala ma’siat menjadi bagian dari dirinya, dan dengan kemaksiatannya itu dia tidak merasakan apapun, padahal adzab Allah sudah menanti. Berbeda dengan orang mu’min dikala sedikit melakukan kesalahan, hatinya ketakutan dan gelisah, karena dirinya takut terhiasi oleh perbuatan syaitan. Memang sulit membuka mata hati, karena kita adalah manusia yang lemah hanya Allah SWT yang dapat membuka mata hati kita. Hati yang terbuka menjadikan kita mengenal Allah dan menyadari bahwa suatu hari nanti kita akan menanti panggilannya, tidak ada makhluk satu pun yang tidak luput dari kematian.

Dunia yang kita pijak ini adalah sarana untuk kita dan untuk mengenal Allah. Dalam bentuk apa saja perjuangan kita didunia mempunyai dua pilihan, ibadah kepada Allah atau kepada Syaiton, berbuat ma’siat atau ta’at kepada Allah. Rasulullah bersabda :

“Apabila ada taman syurga di muka bumi mampirlah engkau, dimana taman syurganya Allah? Ditempat orang yang diingati tentang siapa dirinya kepada Allah, disadarkan dirinya dibuka mata hatinya untuk sujud kepada Allah.” 

Ayat di atas memberikan gambaran, bagaimana jadinya ketika telinga-telinga mereka tidak lagi mengenal ayat-ayat Allah, sehingga mereka hidupnya bagaikan ternak. Apa hidup ternak? Hidup ternak tidak akan jauh dari makan, minum, tidur, syahwat. Tetapi semua yang dilakukan ternak terbatas, tentunya berbeda dengan manusia yang selalu berkeinginan untuk melebihi batasnya, contoh; sudah tersedia makan dan minuman yang halal, tetapi yang harampun dimakan dan diminumnya, syahwat manusia yang telah diatur dalam Al-Qur’an, tetapi tidak mampu mengendalikannya. Islam memberikan tujuan bagi umat muslim untuk mencari ketenangan dalam hidupnya. Jalan menuju ketenangan hanyalah dengan berdzikir kepada Allah, dan memohon petunjuk dari Allah SWT. 

Oleh karena itu sadarilah bahwa kita adalah hamba Allah. Setiap apa yang kita lakukan akan dibalas oleh Allah didunia dan akherat. 

Narasumber: RINGKASAN KAJIAN SENIN 
29 Maret 2004 M / 8 Shafar 1425 H 
Oleh : Ust. Othman Umar Shihab 
diambil dari Buletin Masjid Baitul Ihsan, Jakarta


kafemuslimah.com

Lailat Al Qodr (Malam Seribu Bulan)


Keutamaan Lailat Al Qodr
Allah berfirman: 'Sesungguhnya kami telah menurunkan Al Qur'an pada Lailat Al Qodr. Tahukah kamu apakah Lailat Al Qodr? Itulah malam yang lebih utama dari pada seribu bulan' (QS Al Qodr : 1-3) 

Dari ayat tersebut di atas menunjukkan keutamaan dari Lailat Al Qodr. Yang dimaksud dengan keutamaan di situ adalah bahwa amal ibadah seperti shalat, tilawah Al Qur'an dan dzikir serta amal sosial seperti shadaqah, zakat yang dilakukan pada malam itu lebih baik dibandingkan amal serupa selama seribu bulan. 

Pada malam itu pintu-pintu langit dibuka dan Allah menerima taubat dari hamba-hambaNya yang bertaubat. Dalam riwayat Abu Hurairah RA seperti dilaporkan oleh Bukhari, Muslim dan Al Baihaqi, Rasulullah SAW juga pernah menyampaikan: ' Barangsiapa melakukan qiyam (sholat malam) pada Lailat Al Qodr atas dasar iman serta semata-mata mencari keridhaan Allah, maka Allah akan mengampuni dosa-dosa yang pernah dilakukannya.' 

Kapan terjadinya Lailat Al Qodr 
Rasulullah SAW tidak pernah melewatkan kesempatan untuk meraih Lailat Al Qodr, terutama pada malam-malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan puasa (HR Bukhari Muslim). 

Tanda-tanda terjadinya Lailat Al Qadr 
Seperti diriwayatkan oleh Imam Muslim, Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda: 'Pada saat terjadinya Lailat Al Qodr itu, malam terasa jernih, terang, tenang, cuaca sejuk tidak terasa panas tidak juga dingin. Dan pada pagi harinya matahari terbit dengan jernih terang benderang tanpa tertutup sesuatu awan'. 

(Sumber: Yayasan Al Haramain, JKT, dan KIBAR) 


kafemuslimah.com

Keutamaan 10 Hari Pertama Bulan Dzulhijjah


Diriwayatkan oleh Al-Bukhari, Rahimahullah, dari Ibnu 'Abbas Radhiyallahu 'Anhuma bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu: Sepuluh hari dari bulan Dzul Hijjah. Mereka bertanya: Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah? Beliau menjawab: Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun".

Imam Ahmad, Rahimahullah, meriwayatkan dari Umar Radhiyallahu 'Anhuma, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir dan tahmid".

Macam-macam amalan yang disyariatkan:

1. Melaksanakan Ibadah Haji dan Umrah Amal ini adalah amal yang paling utama, berdasarkan berbagai hadits shahih yang menunjukkan keutamaannya, antara lain : sabda Nabi shallallahu 'alaihi wasallam: "Dari umrah ke umrah adalah tebusan (dosa-dosa yang dikerjakan) di antara keduanya, dan haji yang mabrur balasannya tiada lain adalah Surga".

2. Berpuasa selama hari-hari tersebut, atau pada sebagiannya, terutama pada hari Arafah. Tidak disangsikan lagi bahwa puasa adalah jenis amalan yang paling utama, dan yang dipilih Allah untuk diri-Nya. Disebutkan dalam hadist Qudsi: "Puasa ini adalah untuk-Ku, dan Aku lah yang akan membalasnya. Sungguh dia telah meninggalkan syahwat, makanan dan minumannya semata-mata karena Aku".

Diriwayatkan dari Abu Said Al-Khudri, Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidaklah seorang hamba berpuasa sehari di jalan Allah melainkan Allah pasti menjauhkan dirinya dengan puasanya itu dari api neraka selama tujuh puluh tahun". (Hadits Muttafaq 'Alaih).

Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah Rahimahullah bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya".

3. Takbir dan Dzikir pada Hari-hari Tersebut Sebagaimana firman Allah Ta'ala: ".... dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan ...". (Al-Hajj : 28).

Para ahli tafsir menafsirkannya dengan sepuluh hari dari bulan Dzul Hijjah. Karena itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar Radhiyallahu Anhuma: "Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid". (Hadits Riwayat Ahmad).

Imam Bukhari Rahimahullah menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhum keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orang pun mengikuti takbirnya.

Dan Ishaq, Rahimahullah, meriwayatkan dari fuqaha', tabiin bahwa pada hari-hari ini mengucapkan: "Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Ilallah, wa-Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamdu" Artinya : "Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tidak ada Ilah (Sembahan) Yang Haq selain Allah. Dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji hanya bagi Allah".

Dianjurkan untuk mengeraskan suara dalam bertakbir ketika berada di pasar, rumah, jalan, masjid dan lain-lainnya. Sebagaimana firman Allah: "Dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu ...".(Al-Baqarah : 185)

Tidak dibolehkan mengumandangkan takbir bersama-sama, yaitu dengan berkumpul pada suatu majlis dan mengucapkannya dengan satu suara (koor). Hal ini tidak pernah dilakukan oleh para Salaf. Yang menurut sunnah adalah masing-masing orang bertakbir sendiri-sendiri. Ini berlaku pada semua dzikir dan do'a, kecuali karena tidak mengerti sehingga ia harus belajar dengan mengikuti orang lain.

Dan diperbolehkan berdzikir dengan yang mudah-mudah. Seperti : takbir, tasbihdan do'a-do'a lainnya yang disyariatkan.

4. Taubat serta Meninggalkan Segala Maksiat dan Dosa
Sehingga akan mendapatkan ampunan dan rahmat. maksiat adalah penyebab terjauhkan dan terusirnya hamba dari Allah, dan keta'atan adalah penyebab dekat dan cinta kasih Allah kepadanya.

Disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, bahwasanya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya Allah itu cemburu, dan kecemburuan Allah itu manakala seorang hamba melakukan apa yang diharamkanAllah terhadapnya" (Hadits Muttafaq 'Alaihi).

5. Banyak Beramal Shalih Berupa ibadah sunat seperti : shalat, sedekah, jihad, membaca Al-Qur'an, amar ma'ruf nahi munkar dan lain sebagainya. Sebab amalan-amalan tersebut pada hari itu dilipatgandakan pahalanya. Bahkan amal ibadah yang tidak utama bila dilakukan pada hari itu akan menjadi lebih utama dan dicintai Allah daripada amal ibadah pada hari lainnya meskipun merupakan amal ibadah yang utama, sekalipun jihad yang merupakan amal ibadah yang amat utama, kecuali jihad orang yang tidak kembali dengan harta dan jiwanya.

6. Disyariatkan pada Hari-hari itu Takbir Muthlaq
Yaitu pada setiap saat, siang ataupun malam sampai shalat Ied. Dan disyariatkan pula takbir muqayyad, yaitu yang dilakukan setiap selesai shalat fardhu yang dilaksanakan dengan berjama'ah; bagi selain jama'ah haji dimulai dari sejak Zhuhur hari raya Qurban terus berlangsung hingga shalat Ashar pada hari Tasyriq.

7. Berkurban pada Hari Raya Qurban dan Hari-hari Tasyriq Hal ini adalah sunnah Nabi Ibrahim 'Alaihissalam, yakni ketika Allah Ta'ala menebus putranya dengan sembelihan yang agung. Diriwayatkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: "Berkurban dengan menyembelih dua ekor domba jantan berwarna putih dan bertanduk. Beliau sendiri yang menyembelihnya dengan menyebut nama Allah dan bertakbir, serta meletakkan kaki beliau di sisi tubuh domba itu". (Muttafaq 'Alaihi).

8. Dilarang Mencabut atau Memotong Rambut dan Kuku bagi orang yang hendak Berkurban Diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya, dari Ummu Salamah Radhiyallhu 'Anha bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: "Jika kamu melihat hilal bulan Dzul Hijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya".

Dalam riwayat lain: "Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban".

Hal ini, mungkin, untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan kurbannya. Firman Allah: " ..... dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan...". (Al-Baqarah : 196)

Larangan ini, menurut zhahirnya, hanya dikhususkan bagi orang yang berkurban saja, tidak termasuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari mereka berkurban. Dan diperbolehkan membasahi rambut serta menggosoknya, meskipun terdapat beberapa rambutnya yang rontok.

9. Melaksanakan Shalat Iedul Adha dan mendengarkan Khutbahnya Setiap muslim hendaknya memahami hikmah disyariatkannya hari raya ini. Hari ini adalah hari bersyukur dan beramal kebajikan. Maka janganlah dijadikan sebagai hari keangkuhan dan kesombongan; janganlah dijadikan kesempatan bermaksiat dan bergelimang dalam kemungkaran seperti; nyanyi-nyanyian, main judi, mabuk-mabukan dan sejenisnya. Hal mana akan menyebabkan terhapusnya amal kebajikan yang dilakukan selama sepuluh hari.

10. Selain hal-hal yang telah disebutkan diatas Hendaknya setiap muslim dan muslimah mengisi hari-hari ini dengan melakukan ketaatan, dzikir dan syukur kepada Allah, melaksanakan segala kewajiban dan menjauhi segala larangan; memanfaatkan kesempatan ini dan berusaha memperoleh kemurahan Allah agar mendapat ridha-Nya. (Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin/Alsofwa)

Sumber : Eramuslim 


kafemuslimah.com

Bahaya Menyia-nyiakan Shalat


"Maka, datanglah sesudah mereka pengganti (yang jelak) yang menyia-nyiakan salat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka kelak mereka akan menemui sesesatan. Kecuali orang-orang yang bertobat, beriman, dan beramal saleh." (Maryam: 59-60).

Ibnu Abbas berkata, "Makna menyia-yiakan salat salat bukanlah meninggalkannya sama sekali, tetapi mengakhirkannya dari waktu yang seharusnya." 

Imam para tabi'in, Sa'id bin Musayyib berkata, "Maksudnya adalah orang itu tidak mengerjakan salat duhur sehingga datang waktu asar; tidak mengerjakan asar sehingga datang magrib; tidak salat magrib sampai datang isya; tidak salat isya sampai fajar menjelang; tidak salat subuh sampai matahari terbit. Barang siapa mati dalam keadaan terus-menerus melakukan hal ini dan tidak bertobat, Allah menjanjikan baginya Ghayy, yaitu lembah di neraka Jahanam yang sangat dalam dasarnya lagi sangat tidak enak rasanya." 

"Maka, kecelakaanlah bagi orang-orang yang salat, (yaitu) orang-orang yang lupa akan salatnya." Al-Maa'uun: 4-5). Orang-orang lupa adalah orang-orang yang lalai dan meremehkan salat. 

Sa'ad bin Abi Waqqash berkata, "Aku bertanya kepada Rasulullah saw. tentang orang-orang yang lupa akan salatnya. Beliau menjawab, yaitu mengakhirkan waktunya." 

Mereka disebut orang-orang yang salat. Namun, ketika mereka meremehkan dan mengakhirkannya dari waktu yang seharusnya, mereka diancam dengan Wail, azab yang berat. Ada juga yang mengatakan bahwa Wail adalah sebuah lembah di neraka Jahanam, jika gunung-gunung yang ada dimasukkan ke sana niscaya akan meleleh semuanya karena sangat panasnya. Itulah tempat bagi orang-orang yang meremehkan salat dan mengakhirkannya dari waktunya. Kecuali, orang-orang yang bertobat kepada Allah Taala dan menyesal atas kelalaiannya. 

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah harta-hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian maka mereka itulah orang-orang yang rugi. (Al-Munafiqun: 9). 

Para mufasir menjelaskan, "Maksud mengingat Allah dalam ayat ini adalah salat lima waktu. Maka, barang siapa disibukkan oleh harta perniagaannya, kehidupan dunianya, sawah ladangnya, dan anak-anaknya dari mengerjakan salat pada waktunya, maka ia termasuk orang-orang yang merugi." 

Rasulullah saw. bersabda yang artinya, "Amal yang pertama kali dihisab padahari kiamat dari seorang hamba adalah salatnya. Jika salatnya baik maka telah sukses dan beruntunglah ia, sebaliknya, jika rusak, sungguh telah gagal dan merugilah ia." (HR Tirmizi dan yang lain dari Abu Hurairah. Ia berkata, "Hasan Gharib.") 

"Aku diperintahkan untuk memerangi manusia sampai mereka mengucapkan 'Laa ilaaha illallah' (Tiada yang berhak diibadahi selain Allah) dan mengerjakan salat serta membayar zakat. Jika mereka telah memenuhinya, maka darah dan hartanya aku lindungi kecuali dengan haknya. Adapun hisabnya maka itu kepada Allah." (HR Bukhari dan Muslim). 

Dan, "Barang siapa menjaganya maka ia akan memiliki cahaya, bukti, dan keselamatan pada hari kiamat nanti. Sedang yang tidak menjaganya, maka tidak akan memiliki cahaya, bukti, dan keselamatan pada hari itu. Pada hari itu ia akan dikumpulkan bersama Firaun, Qarun, Haman, dan ubay bin Khalaf." (HR Ahmad). 

Sebagian ulama berkata, "Hanyasanya orang yang meninggalkan salat dikumpulkan dengan empat orang itu karena ia telah menyibukkan diri dengan harta, kekuasaan, pangkat/jabatan, dan perniagaannya dari salat. Jika ia disibukkan dengan hartanya, ia akan dikumpulkan bersama Qarun. Jika ia disibukkan dengan kekuasaannya, ia akan dikumpulkan dengan Firaun. Jika ia disibukkan dengan pangkat/jabatan, ia akan dikumpulkan bersama Haman. Dan, jika ia disibukkan dengan perniagaannya akan dikumpulkan bersama Ubay bin Khalaf, seorang pedagang yang kafir di Mekah saat itu." 

Mu'adz bin Jabal meriwayatkan, Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa meninggalkan salat wajib dengan sengaja, telah lepas darinya jaminan dari Allah Azza wa Jalla." (HR Ahmad). 

Umar bin Khattab berkata, "Sesungguhnya tidak ada tempat dalam Islam bagi yang menyia-nyiakan salat." Umar bin Khattab meriwayatkan, telah datang seseorang kepada Rasulullah saw. dan bertanya, "Wahai Rasulullah, amal dalam Islam apakah yang paling dicintai oleh Allah Taala?" Beliau menjawab, "Salat pada waktunya. Barang siapa meninggalkannya, sungguh ia tidak lagi memiliki agama lagi, dan salat itu tiangnya agama." 

Kala Umar terluka karena tusukan, seseorang mengatakan, "Anda tetap ingin mengerjakan salat, wahai Amirul Mukminin?" "Ya, dan sungguh tidak ada tempat dalam Islam bagi yang menyia-nyiakan salat," jawabnya. Lalu, ia pun mengerjakan salat, meski dari lukanya mengalir darah yang cukup banyak. 

Rasulullah saw. bersabda, "Barang siapa berjumpa dengan Allah dalam keadaan menyia-nyiakan salat, Dia tidak akan mempedulikan sautu kebaikan pun darinya."

Ibnu Hazm berkata, "Tidak ada dosa yang lebih besar sesudah syirik, selain mengakhirkan salat dari waktunya dan membunuh seorang mukmin bukan dengan haknya." 

Aun bin Abdullah berkata, "Apabila seorang hamba dimasukkan ke dalam kuburnya, ia akan ditanya tentang salat sebagai sesuatu yang pertama kali ditanyakan. Jika baik barulah amal-amalnya yang lain dilihat. Sebaliknya, jika tidak, tidak ada satu amalan pun yang dilihat (dianggap tidak baik semuanya)." 

Rasulullah saw. bersabda, "Apabila seorang hamba mengerjakan salat di awal waktu, salat itu --ia memiliki cahaya-- akan naik ke langit sehingga sampai ke Arsy, lalu memohonkan ampunan bagi orang yang telah mengerjakannya, begitu seterusnya sampai hari kiamat. Salat itu berkata, 'Semoga Allah menjagamu sebagaimana kamu telah menjagaku.' Dan, apabila seorang hamba mengerjakan salat bukan pada waktunya, salat itu--ia memiliki kegelapan--akan naik ke langit. Sesampainya di sana ia akan dilipat seperti dilipatnya kain yang usang, lalu dipukulkan ke wajah orang yang telah mengerjakannya. Salat itu berkata, 'Semoga Allah menyia-nyiakanmu sebagaimana kamu telah menyia-nyiakanku'." 

Rasulullah saw. bersabda, "Ada tiga orang yang salatnya tidak diterima oleh Allah: seseorang yang memimpin suatu kaum padahal kaum itu membencinya; seseorang yang mengerjakan salat ketika telah lewat waktunya; dan seseorang yang memperbudak orang yang memerdekakan diri." (HR Abu Dawud dari Abdullah bin Amru bin Ash). 

Beliau saw. juga bersabda, Barang siapa menjamak dua salat tanpa ada uzur, sungguh ia telah memasuki pintu terbesar di antara pintu-pintu dosa besar." 

Dalam sebuah hadis yang lain disebutkan, "Sesungguhnya orang yang selalu menjaga salat wajib niscaya akan dikaruniai oleh Allah SWT dengan lima karamah:ditepis darinya kesempitan hidup, dijauhkan ia dari azab kubur, diterimakan kepadanya cacatan amalnya dengan tangan kanan, ia akan melewati shirath seperti kilat yang menyambar, dan akan masuk surga tanpa hisab. 

Sebaliknya, orang yang menyia-nyiakannya niscaya akan dihukum oleh Allah dengan empat belas (14) hukuman: lima di dunia, tiga ketika mati, tiga di alam kubur, dan tiga lagi ketika keluar dari kubur. 

Kelima hukuman di dunia adalah barakah dicabut dari hidupnya, tanda sebagai orang saleh dihapus dari wajahnya, semua amalan yang dikerjakannya tidak akan diberi pahala oleh Allah, doanya tidak akan diangkat ke langit, dan dia tidak akan mendapat bagian dari doanya orang-orang saleh.

Hukuman yang menimpanya ketika mati adalah dia akan mati dalam kehinaan, dalam kelaparan, dan dalam kehausan. Meskipun ia diberi minum air seluruh lautan dunia, semua itu tidak mampu menghilangkan dahaganya. 

Hukuman yang menimpanya dikubur adalah kuburnya menyempit sehingga tulang-tulangnya remuk tak karuan, dinyalakan di sana api yang membara siang-malam, dan ia dihidangkan kepada seekor ular yang bernama As-Suja al-Aqra. Kedua bola matanya dari api, kuku-kukunya dari besi, dan panjang tiap kuku itu sejauh perjalanan satu hari. Ular itu terus-menerus melukai si mayit sambil berkata, 'Akulah As-Suja al-Aqra!' Seruannya bagaikan gemuruh halilintar, 'Aku diperintah oleh Rabku untuk memukulmu atas kelakuanmu yang menunda-nunda salat subuh sampai terbit matahari, juga atas salat zuhur yang kau tunda-tunda sampai masuk waktu asar, juga atas asar yang kau tunda-tunda sampai magrib, juga atas magrib yang kau tunda-tunda sampai isya, dan atas isya yang kau tunda-tunda sampai subuh.' Setiap kali ular itu memukulnya, ia terjerembab ke bumi selama 70 hasta.

Demikian keadaannya sampai datangnya hari kiamat nanti. Adapun hukuman yang menimpanya sekeluarnya dari kubur pada hari kiamat adalah hisab yang berat, kemurkaan Rab, dan masuk ke neraka." 

Dikisahkan, seseorang dari kalangan salaf turut menguburkan saudara perempuannya yang mati. Tanpa ia sadari sebuah kantong berisi harta yang ia bawa jatuh dan turut terkubur. Begitu pula dengan mereka yang hadir, tidak satu pun menyadarinya. Sepulang darinya, barula ia sadar. Maka, ia kembali ke makam dan ketika semua orang telah pulang ke tempat masing-masing ia bongkar kembali makam saudaranya itu. Dan ia pun terkejut begitu melihat api yang menyala-nyala dari dalam makam. Serta merta ia kembalikan tanah galian, dan pulang sambil bercucuran air mata. Mendapati ibunya, ia bertanya, "Duhai Ibunda, gerangan apakah yang telah dilakukan oleh saudara perempuanku?" "Mengapa kau menanyakan,anakku?" ibunya balik bertanya. Ia pun menjawab, "Bunda, sungguh aku melihat kuburnya dipenuhi kobaran api." Lalu, ibunya menangis dan berkata, "Wahaianakku, dulu saudara perempuanmu terbiasa meremehkan dan mengakhirkan salat dari waktunya." 

Ini adalah keadaan mereka yang mengakhirkan salat dari waktunya. Lalu, bagaimana dengan mereka yang tidak mengerjakannya? 

Marilah kita memohon pertolongan kepada Allah agar kita selalu dapat menjaga salat pada waktunya. Sesungguhnya Dia Maha Pemurah lagi Maha Mulia. 

Sumber: Al-Kabaair, Syamsuddin Muhammad bin Utsman bin Qaimaz at-Turkmani al-Fariqi ad-Dimasyqi asy-Syafii 



kafemuslimah.com

Seks, Remaja dan Batas-batas Pergaulan


Kasus-kasus penyimpangan masalah seks, khususnya yang dilakukan para remaja dari waktu ke waktu semakin mengkhawatirkan, sementara di masyarakat kita terjadi pergeseran nilai yang semakin jauh sehingga penyimpangan-penyimpangan dalam masalah seks itu sepertinya sudah tidak terlalu dipersoalkan, padahal perzinahan merupakan sesuatu yang sangat keji dan harus dihindari oleh setiap muslim sebagaimana yang disebutkan dalam QS Al-Israa: 32.

Seks sebenarnya anugerah yang diberikan Allah pada makhluk-makhluk Allah seperti binatang, tumbuh-tumbuhan dan khususnya manusia. Karena itu amat wajar kalau manusia memiliki gairah seksual dan ingin melampiaskan keinginan seksual itu. Allah Swt sendiri tidak pernah melarang manusia untuk melampiaskan keinginan seksualnya selama menempuh jalur yang dibenarkan, cara-cara yang benar dan pada saat yang tidak terlarang. Ketentuan ini diberlakukan untuk kepentingan manusia juga. 

Jalur yang dibenarkan Allah bagi manusia untuk melampiaskan keinginan seksnya itu adalah jalur pernikahan, ini berarti orang yang belum menikah jangan coba-coba melampiaskan keinginan seksualnya, karena itu berpacaran semestinya dilakukan sesudah pernikahan bukan sebelum pernikahan, karena berpacaran itu sangat terkait dengan pelampiasan keinginan seksual. Tapi keinginan atau hawa nafsu itu tetap tidak boleh dibunuh, hanya harus dikendalikan agar manusia tidak dikendalikan oleh hawa nafsunya sendiri. Sedangkan cara-cara dan saat-saat yang benar tentu saja sebagaimana yang telah digariskan di dalam Islam dan kita telah mengetahuinya.

Remaja merupakan kelompok dari manusia yang baru tumbuh dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, pertumbuhan remaja ini salah satunya ditandai dengan kematangan biologis sehingga masa kanak-kanak ditinggalkan, bagi wanita dengan haid yang pertama dan bagi pria dengan mengeluarkan sperma dengan sebab mimpi, setelah itu pertumbuhan fisik berkembang cepat, badan jadi cepat gede dan tinggi, suara mulai pecah, tumbuh juga rambut-rambut atau bulu-bulu pada bagian tertentu dari tubuhnya yang bersamaan dengan itu juga terjadi perubahan psikologis atau kejiwaan.

Karena masa remaja itu merupakan masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, maka banyak orang yang menyebut masa ini --meskipun tidak selalu benar-- sebagai masa yang labil. Dalam kondisi yang demikian itulah, masa remaja sangat membutuhkan bimbingan nilai-nilai Islam, bila mereka jauh dari nilai-nilai Islam, maka yang terjadi kemudian adalah ketidakmampuan mengendalikan diri. Dalam kaitan seks, para remaja harus mengendalikan hawa nafsunya, dan Rasulullah Saw mengajarkannya dengan melaksanakan ibadah puasa.

Pendidikan Seks.

Dalam kaitan seks di kalangan remaja yang semakin mengkhawatirkan - ini bisa kita simpulkan dari tingkat pergaulan bebas yang sudah demikian luas hingga terjadi kasus-kasus pemerkosaan yang dilakukan remaja, perzinahan yang mengakibatkan kehamilan diluar pernikahan serta terjadinya tindakan pengguguran kandungan-, maka muncul gagasan yang menghendaki agar diadakan perndidikan seks di sekolah, sehingga para remaja menjadi tahu tentang persoalan seks. 

Pendidikan seks sebenarnya bermula dari negara-negara Barat yang generasi muda mereka memang sudah sangat bebas dalam masalah seks, pendidikan seks bagi mereka adalah untuk mencegah agar jangan sampai terjadi kehamilan di kalangan remaja setelah berzina, sehingga kalau pendidikan seks diberikan diharapkan tidak terjadi lagi kehamilan remaja itu meskipun hubungan seks dilakukan. Hamil dikalangan remaja barat itu terjadi karena para remaja memang tidak mengerti masalah seks yang sesungguhnya, maka pendidikan seks diberikan agar tidak terjadi kehamilan remaja yang dinilai bisa memutuskan masa depan yang cerah bagi diri, keluarga dan bangsanya. 

Oleh karena itu pendidikan seks semacam itu jelas tidak dibenarkan di dalam Islam. Kalau kemudian orang bertanya tentang bagaimana pendidikan seks dalam pandangan Islam, maka jawabannya adalah pendidikan seks dalam Islam itu adalah mendidik para remaja agar tidak berzina, membenci perzinahan dan terus berusaha untuk menjauhinya. Maka yang diterangkan dalam pendidikan seks adalah hinanya perzinahan, bagaimana agar menghindari zina, hukuman untuk para pezina dan sebagainya.

Peringatan Untuk Remaja.

Seks itu bisa mulia dan hina. Mulia kalau melampiaskan keinginannya dengan hal-hal yang dikehendaki Allah dan hina bila melanggar ketentuan-ketentuan Allah Swt. Oleh karena itu para remaja khususnya dan semua orang sebenarnya harus mengendalikan diri agar bisa mencegah dirinya dari perbuatan zina yang keji itu. Allah Swt telah berfirman di dalam Al-Qur’an yang artinya: Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang yang keji dan suatu jalan yang buruk “(QS Al-Israa: 32).

Agar para remaja dan kita semua bisa mencegah diri kita dari hal-hal yang mendekati zina, ada ketentuan-ketentuan yang membatasi pergaulan antara pria dengan wanita yang harus mendapat perhatiannya. Batas-batas pergaulan itu adalah : 

Pertama, menjaga pandangan mata dari melihat lain jenis yang berlebihan, dalam hal ini Allah Swt berfirman yang artinya: Katakanlah kepada laki-laki yang beriman; hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka. ..... katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman; hendaklah mereka menahan pandangan matanya dan memelihara kemaluannya ... (QS An Nur: 30-31).

Di dalam hadits, Rasulullah Saw bersabda:
“Telah berkata Jarir bin Abdullah: Saya pernah bertanya kepada Rasulullah Saw tentang melihat wanita dengan tidak disengaja, maka sabdanya: palingkanlah pandanganmu “(HR. Muslim).

Ya Ali, janganlah engkau iringkan satu pandangan (kepada wanita) dengan satu pandangan , karena yang pertama itu tidak menjadi kesalahan, tetapi tidak yang kedua (HR. Abu Daud). 

Kedua, tidak berdua-duaan antara pria dengan wanita yang bukan mahram, karena hal ini sangat rawan terhadap godaan syaitan yang memang selalu menggoda manusia ke jalan yang nista. Hal ini ditegaskan oleh Rasul Saw dalam haditsnya:

“Barangsiapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka janganlah ia bersendirian dengan seorang wanita di suatu tempat tanpa disertai mahramnya, karena sesungguhnya yang ketiganya adalah syaitan” (HR. Ahmad).

Ketiga, tidak bersentuhan kulit antara pria dengan wanita, termasuk berjabatan tangan sebagaimana dalam beberapa hadits disebutkan:

“Sesungguhnya aku tidak berjabatan tangan dengan seorang wanita (HR. Malik, Tirmidzi dan Nasa’i).

Tak pernah sekali-kali tangan Rasulullah menyentuh tangan wanita yang tidak halal baginya (HR. Bukhari dan Muslim).

”Ditikam seseorang dari kamu di kepalanya dengan jarum dari besi, itu lebih baik daripada ia menyentuh seorang wanita yang tidak halal baginya (HR. Thabrani). 

Keempat, tidak berbaur antara pria dengan wanita dalam satu tempat, hal ini terdapat dalam hadits Rasul Saw:

Telah berkata Abu Asied: Rasulullah Saw pernah keluar dari masjid, padahal di waktu itu laki-laki dan wanita bercampur di jalan, maka sabda Rasulullah (kepada wanita-wanita): mundurlah! bukan hak kamu berjalan di tengah jalan; hendaklah kamu ambil pinggir jalan (HR. Abu Daud).

Telah berkata Ibnu Umar: Rasulullah melarang laki-laki berjalan diantara dua wanita (HR. Abu Daud).

Dari gambaran ini menjadi jelas bagi kita bahwa pria dengan wanita memang harus menjaga batasan pergaulan agar tidak tidak terjadi perzinahan. Disamping itu perzinahan harus dihindari juga dengan menumbuhkan rasa malu dan menghukum orang yang berzina sebagaimana seharusnya. ini semua harus kita lakukan karena zina membawa akibat yang sangat patal, tidak hanya di dunia seperti dengan terjangkitnya penyakit AIDS, tapi juga di akhirat dengan siksa neraka yang sangat pedih.

Sekian semoga bermanfaat

Ditulis oleh: Drs. H. Ahmad Yani (http://abuharits.patra.net.id/id90.htm) 


kafemuslimah.com

Fisik Rasulullah Saw


Mengenal Rosul yuk! semoga perbendaharaan dibawah bisa membuat kita semakin rindu pada beliau. 

FISIK ROSUL SAW 

BERWAJAH TAMPAN 
Rasulullah adalah manusia yg paling tampan dan paling baik kondisi fisiknya, tidak terlalu tinggi dan tidak terlalu pendek (Mutafaq 'Alaih) 

BERKULIT PUTIH DAN BERWAJAH BERSIH 
Rasulullah itu berkulit putih dan berwajah tampan. (HR. Muslim) 

BERBAHU LAPANG SERTA BERJENGGOT DAN BERAMBUT LEBAT 
Rasulullah memiliki postur tubuh ideal, bahu yang lapang, berjenggot lebat dan pangkalnya kemerahan, berambut lebat sampai cuping telinga. Aku pernah melihat beliau berpakaian merah, belum pernah kulihat orang lebih tampan dari beliau. (HR. Bukhari) 

KEPALA, TANGAN DAN KAKI BELIAU BESAR 
Rasulullah SAW memiliki kepala, dua tangan dan kaki yang besar-besar, berwajah tampan, belum pernah kulihat orang seperti beliau sebelum dan sesudahnya. (HR. Bukhari) 

Wajah beliau SAW seperti matahari dan bulan, berbentuk bulat (HR. Muslim) 

WAJAH BELIAU KETIKA BERGEMBIRA 
Bila Rasulullah SAW sedang bergembira, wajah beliau terlihat cerah seperti bulan dan kami tahu hal itu. (MUtafaq 'Alaih) 

MATA ROSUL 
Rasulullah SAW tidak tertawa kecuali sekedar tersenyum, bila kamu melihatnya akan berkomentar mata beliau bercelak, padahal beliau tidak memakainya. (HR. Tirmidzi hadits hasan) 

TAWA ROSUL 
Diriwayatkan dari Aisyah ra. : "Saya belum pernah melihat Rasulullah SAW tertawa terbahak-bahak sampai terlihat langit-langit mulutnya, tertawanya hanya tersenyum." (HR. Bukhari) 

KEELOKAN WAJAH ROSUL 
Dari Jabir bin Samurah ra : "Saya pernah melihat Rasulullah SAW pada malam bulan purnama, aku melihat Rasulullah SAW lalu melihat bulan, sedangkan beliau mengenakan pakaian merah. Menurutku beliau lebih elok daripada bulan." (HR. Tirmidzi, Hadits hasan hharib. Disahihkan oleh Al-Hakim dan disepakati oleh Adz-Dzahabi) 

INDAHNYA SIFAT ROSUL

tergambar dalam syair berikut

"Putih wajahnya
Diminta hujan dengan wajahnya
Pemberi makan anak yatim dan pelindung janda" 

Syair ini ucapan Abu Thalib yang dilantunkan oleh Ibnu Umar dan sahabat yg lain ketika kaum muslimin tertimpa musim kemarau. Lantas Rasulullah berdoa untuk mereka: "Ya Allah! Hujanilah kami." Lalu turunlah hujan. (HR. Bukhari) 

Maksudnya, Rasulullah disifati sebagai putih wajahnya diminta oleh orang-orang agar memohon kepada Allah dengan wasilah wajah beliau yang mulia dan doa beliau, agar Dia menurunkan hujan kepada mereka. Itu terjadi ketika Rasulullah masih hidup. Setelah Rasulullah wafat, Khalifah Umar ra berwasilah dengan Al-Abas agar berdoa supaya Allah menurunkan hujan, dan bukan berwasilah dengan Rasulullah yg telah wafat. 

Seseorang dari Bani Kinanah bersyair:

"Bagi-Mu pujian dari insan yang bersyukur
Diturunkan hujan kepada kami berkat wajah Nabi
Dia berdoa kepada Allah, Khaliqnya
Dengan doa yang menjadikan mata tertunduk
Secepat lambaian sorban, bahkan lebih cepat
Kami telah melihat hujan bak mutiara berjatuhan
Jadilah beliau seperti kata pamannya, Abu Thalib
Berwajah putih nan bersih
Dengannya Allah menyiramkan awan
Inilah kesaksian tentang berita itu
Siapa bersyukur kepada Allah, akan mendapat tambahan
Dan siapa ingkar kepada Allah, akan mendapat murka." 


kafemuslimah.com

Harimu Adalah Hari Ini


Jika datang pagi maka janganlah menunggu tibanya sore. Pada hari ini Anda hidup, bukan di hari kemarin yang telah berlalu dengan segala kebaikan dan kejelekannya, dan bukan pula hari esok yang belum tentu datang. Hari ini dengan mataharinya yang menyinari Anda, adalah hari Anda. Umur Anda hanya sehari. Karena itu anggaplah rentang kehidupan Anda adalah hari ini saja, seakan-akan Anda dilahirkan pada hari ini dan akan mati hari ini juga. Saat itulah Anda hidup, jangan tersangkut dengan gumpalan masa lalu dengan segala keresahan dan kesusahannya, dan jangan pula terikat dengan ketidakpastian-ketidakpastian di masa yang penuh dengan hal-hal yang menakutkan serta gelombang yang sangat mengerikan. Hanya untuk hari sajalah seharusnya Anda mencurahkan seluruh perhatian, kepedulian dan kerja keras.

Pada hari ini Anda harus mempersembahkan kualitas shalat yang khusyu', bacaan Al-Quran yang sarat tadabbur, dzikir yang sepenuh hati, keseimbangan dalam segala hal, keindahan dalam akhlak, kerelaan dengan semua Allah berikan, perhatian terhadap keadaan sekitar, perhatian pada jiwa dan raga, serta bersikap sosial terhadap sesama.

Hanya untuk hari ini saja, saat mana Anda hidup. Oleh karena itu, Anda harus benar-benar membagi setiap jamnya. Anggaplah setiap menitnya sebagai hitungan tahun, dan setiap detiknya sebagai hitungan bulan, saat-saat dimana Anda bisa menanam kebaikan dan mempersembahkan sesuatu yang indah. Beristighfarlah atas semua dosa, ingatlah selalu kepada- Nya, bersiap-siaplah untuk sebuah perjalanan nanti, dan nikmatilah hari ini dengan segala kesenangan dan kebahagiaan. Terimalah rezeki yang Anda dapatkan hari ini dengan penuh keridhaan: Istri, suami, anak-anak, tugas-tugas, rumah, ilmu, dan posisi Anda.

"Maka berpegangteguhlah dengan apa yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang bersyukur." (QS Al-A'raf: 144)

Jalanilah hidup Anda hari ini dengan tanpa kesedihan dan guncangan jiwa, tanpa rasa tidak menerima dan keirian, dan tanpa kedengkian.

Satu hal yang harus Anda lakukan adalah menuliskan pada dinding hati Anda suatu kalimat (yang juga harus Anda tuliskan dia atas meja Anda): "Harimu adalah hari ini". Jika Anda makan nasi hangat hari ini, maka apakah nasi yang Anda makan kemarin atau nasi besok hari yang belum jadi akan berdampak negatif terhadap diri Anda?

Jika Anda bisa minum air jernih dan segar hari ini, maka mengapa Anda harus bersedih atas air asin yang Anda minum kemarin? Atau, mengapa malah mengharapkan air yang hambar dan panas yang akan datang esok hari?

Jika Anda jujur terhadap diri Anda sendiri maka dengan kemauan keras, Anda akan bisa menundukkan jiwa Anda pada teori ini : "Saya tidak akan pernah hidup kecuali hari ini." Oleh karena itu, manfaatkanlah hari ini, setiap detiknya, untuk membangun kepribadian, untuk mengembangkan semua potensi yang ada, dan untuk membersihkan amalan Anda.

Katakanlah: "Hari ini saya akan mengatakan yang baik-baik saja. Saya tidak akan pernah mengucapkan kata-kata kotor dan menjijikkan, tidak akan pernah mencela dan mengghibah. Hari ini saya akan menertibkan rumah dan kantor, agar tidak semrawut dan berantakan, agar rapi dan teratur. Karena saya hanya hidup untuk hari ini saja maka saya akan memperhatikan kebersihan dan penampilan diri. Juga, gaya hidup, keseimbangan cara berjalan, bertutur dan tindak tanduk."

Karena saya hanya hidup untuk hari ini saja maka saya akan berusaha sekuat tenaga untuk taat kepada Rabb, melakukan shalat sesempurna mungkin, melakukan shalat-shalat nafilah sebagai bekal untuk diri sendiri, bergelut dengan Al-Qur'an, mengkaji buku-buku yang ada, mencatat hal-hal yang perlu, dan menelaah buku yang bermanfaat.

Saya hidup untuk hari ini saja, karenanya saya akan menanam nilai-nilai keutamaan di dalam hati ini dan mencabut pohon kejahatan berikut ranting-rantingnya yang berduri: takabur, ujub, riya', dan buruk sangka.

Saya hidup untuk hari ini saja, karenanya saya akan berbuat baik kepada orang lain dan mengulurkan tangan kebaikan kepada mereka: menjenguk yang sakit, mengantarkan jenazah, menunjukkan jalan yang benar bagi yang kebingungan, memberi makan orang kelaparan, menolong orang yang sedang dalam kesulitan, membantu yang dizhalimi, membantu yang lemah, mengasihi yang menderita, menghormati seorang yang alim, menyayangi anak kecil, dan menghormati yang sepuh.

Karena saya hidup untuk hari ini saja maka saya akan hidup untuk mengucapkan, "Wahai masa lalu yang telah berlalu dan selesai, tenggelamlah bersama mataharimu. Aku tidak akan menangisi kepergianmu, dan kamu tidak akan pernah melihatku tercenung sedetikpun untuk mengingatmu. Kamu telah meninggalkan kami semua, pergi dan tak pernah kembali lagi."

"Wahai masa depan, yang masih berada dalam keghaiban, aku tidak akan pernah bergelut dengan mimpi-mimpi dan tidak akan pernah menjual diri untuk ilusi. Aku tidak memburu sesuatu yang belum tentu ada karena esok hari tidak berarti apa-apa, esok hari adalah sesuatu yang belum diciptakan, dan tidak pantas dikenang."

"Hari Anda adalah hari ini", adalah ungkapan yang paling indah dalam "kamus kebahagiaan", kamus bagi mereka yang menginginkan kehidupan yang paling indah dan menyenangkan.

Hidup Untuk Mati

"Perhitungan telah dekat kepada umat manusia, sementara mereka berpaling dalam kelalaian" (QS. Al Anbiya': 1)

Dalam hidup, paling tidak ada tiga hal besar yang banyak mengilhami karya-karya besar lahir dari buah pikir manusia. Tiga hal tersebut adalah, cinta, wanita dan kematian. Mungkin banyak hal lain yang tak kalah dahsyatnya, tapi untuk kali ini mari kita membicarakan satu di antara tiga inspirasi di atas, yakni kematian.

Pada hakekatnya, kematian bukanlah selalu berarti kehidupan yang lumat dan akhir segala cerita tentang dan dari manusia. Sebaliknya, justru kematian lah yang mampu "mengabadikan hidup" manusia yang fana. Sebut saja, salah seorang penyair Indonesia, Subagio Sastrowardoyo misalnya. Namanya, sampai saat ini masih menjadi aikon tersendiri dalam khazanah sastra Indonesia, justru karena salah satu puisinya yang berbicara tentang kematian. "Dan Kematian Makin Akrab," begitu judul puisi yang ditulisnya semasa hidup.

Dalam puisinya tersebut, Subagio bercerita, bahwa kematian sebenarnya sangat akrab sekali dengan kita, "Seperti teman kelakar yang mengajak tertawa," tulisnya. Tapi apakah cukup dengan menuliskan puisi tentang kematian manusia akan mengabadikan hidupnya? Tak cukup.

Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Pepatah tua itu, tampaknya cukup mampu menjawab pertanyaan di atas. Tak ada yang mampu mengabadikan "hidup" manusia, selain peninggalannya. Maka tak heran jika Rasulullah jauh-jauh hari dulu pernah bersabda, "Manusia yang paling baik adalah manusia yang paling bermanfaat untuk lingkungannya." Hanya dengan berbuat baik saja, nama kita akan dikenang sepanjang zaman, minimal oleh anak cucu kita, melampaui umur yang dianugerahkan pada kita.

Sekarang masalahnya adalah, sering kali manusia lupa, bahwa sesungguhnya hidup ini adalah untuk mati. Tak kurang dan tak lebih. Kehidupan dunia dengan segala pernik dan warnanya dibanyak waktu telah membuat kita gila. Manusia tak ada bedanya dengan laron-laron di musim hujan yang keluar dari tanah dan mengejar cahaya. Kian dekat dunia digapai, kian besar bahaya dituai.

Terangnya sinar lampu dunia telah membuat kita gelap mata, bahwa semakin dekat kita dengan sumber cahaya, semakin tinggi pula suhu dan panasnya. Dan kita bisa terbakar di dalamnya dengan sia-sia.

Banyak keistimewaan yang bisa kita dapatkan dengan mengingat kematian. Aisyah, pernah berkata, suatu ketika salah seorang sahabat bertanya pada Rasulullah. "Ya Rasulullah, apakah ada orang yang kelak dibangkitkan bersama dengan para syuhada?" Kemudian Rasulullah menjawab, "Ada, ia adalah orang-orang yang mengingat mati dua puluh kali dalam sehari." Dalam kesempatan lain, sahabat Anas ra, berkata, ia pernah mendengar Rasulullah bersabda, "Banyak-banyaklah mengingat mati, karena dengannya akan terkikis dosa-dosa dan terhapus ambisi manusia pada dunia."

Kini mari kita tanyakan pada diri sendiri, berapa kali sehari kematian melintas di dalam angan? Mungkin tak setiap hari, gelak tawa, gurau canda kita dengan kawan dan keluarga kadang membuat kita terlena. Untuk orang-orang seperti ini, Rasulullah pernah memberikan peringatan.

Suatu saat, ketika beliau memasuki masjid, terlihat beberapa orang sedang tertawa senang. Kemudian Rasulullah menghampiri mereka dan menegurnya, "Ingatlah kematian. Demi Allah, seandainya kalian tahu apa yang kuketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan menangis."

Dari peristiwa tersebut, Rasulullah seakan memberikan isyarat, betapa berat dan dahsyat kematian itu. Satu peristiwa dalam fase yang tak satupun kehidupan lolos darinya, meski telah sembunyi dan melarikan diri. "Katakanlah, sesungguhnya maut, yang kalian lari darinya, pasti akan mendapati kalian. Kemudian, kalian akan dikembalikan kepada Yang Maha Mengetahui segala yang gaib dan yang nyata. Lalu Dia akan memberitahukan kepada kalian, apa-apa yang telah kalian lakukan." (QS. Al Jumu'ah: 8)

Sesungguhnya, kematian itu sangat dekat dengan kehidupan. Segala sesuatu yang tak pernah diketahui dan segala sesuatu yang tak pernah diprediksi adalah dekat. Kematian dan kehidupan, seolah-olah hanya dibatasi garis tipis. Jika saat ini kita masih hidup, tak ada yang menjamin esok hari nyawa masih dikandung badan. Jangan kan sehari, sedetik ke depan pun tak ada yang mampu memberikan jaminan.

Jika demikian, tak pernahkah kita merasa takut mengahadapinya. Sudahkah cukup perbekalan yang kita kumpulkan saat kematian datang. Tak ada yang tahu. Para ulama sufi berpendapat, saat kita hidup sebenarnya adalah tidur panjang, ketika kematian datang, saat itulah kita harus bangun dan sadar. Dan saat itu manusia hanya punya dua pilihan.

Pertama, ia bangun dari tidurnya panjang dan menjadi segar. Saat dibangkitkan setelah kematian ia benar-benar menjadi manusia yang beruntung karena tidur panjang yang diberikan betul-betul ia gunakan dengan baik dan penuh manfaat. Kebangkitannya dari kematian adalah sesuatu yang dinantikan. Orang-orang seperti ini akan mengucapkan kata seperti yang pernah keluar dari bibir Rabi' bin Khutsaim. "Tidak ada satu hal yang tersembunyi yang dinanti-nanti oleh orang beriman yang lebih baik dari kematian."

Kedua, ia bangun dari tidur tapi lesu dan bersedih hati, karena waktu yang diberikan tidak benar-benar dimanfaatkan. Ia memohon untuk diberikan sedikit waktu lagi dan mengumpulkan bekal. Tapi apa lacur, waktu tak bisa berjalan mundur atau berhenti. Waktu akan terus meluncur, mendorong yang bertahan dan menggilas yang kelelahan. Dan orang-orang seperti ini akan berkata, "Celakalah kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang merugi."

Sekaranglah saatnya sadar, bahwa hidup yang selama ini kita jalani, ternyata hanya bersiap untuk mati, untuk menuju kehidupan yang lebih nyata. Meski demikian, bukan tempatnya kita hanya memikirkan mati dan keabadian saja, kehidupan dunia pun tak bisa kita lepaskan begitu saja.

Seorang muslim selayaknya jika siang ia seperti singa yang mencari buruannya. Tapi jika datang senja, ia akan menjadi rahib yang merintih meminta ampun dan berkah pada Tuhannya. Karenanya, "Kematian yang tiba-tiba adalah rahmat bagi orang beriman dan nestapa bagi orang durhaka," demikian sabda Rasulullah.

Sabtu, 19 April 2014

Anjuran Wudhu dan Menyempurnakannya


Firman Allah: “Hai orang-orang yang beriman, apabila hendak mengerjakan sholat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub, maka mandilah."(Q.S. Al-Maidah 6)

Rosulullah Saw bersabda, “Kuncinya sholat adalah suci."(HR. Abu Dawud dan Turmudzi)

Rosulullah Saw bersabda, “Siapa saja berwudhu seraya membaguskannya, kemudian sholat dua raka’at, yang dua raka’at itu hatinya tidak terbentik keinginan duniawi, maka ia keluar dari dosanya seperti ketika dilahirkan ibunya."(HR. Al-Ihyaa hal. 116, jilid 1)

Rosulullah Saw bersabda, “Apabila seorang muslim berwudhu kemudian dia berkumur, maka keluarlah dosa-dosa dari mulutnya. Apabila ia masukkan air ke dalam hidung kemudian dikeluarkan lagi, maka keluarlah dosa-dosa dari hidungnya. Apabila ia basuh mukanya, maka keluarlah dosa-dosa dari mukanya hingga dosa-dosa itu pula keluar dari bawah bibir kedua matanya. Apabila ia basuh kedua tangannya, maka keluarlah dosa-dosa dari kedua tangannya hingga keluar dari bawah kuku-kukunya. Apabila ia usap kepalanya, maka keluarlah dosa-dosa dari kepalanya hingga keluar dosa-dosa itu dari bawah kedua telinganya. Apabila ia basuh kedua kakinya, maka keluarlah dosa-dosa dari kedua kakinya hingga keluar pula dosa-dosa itu dari bawah kuku kedua kakinya. Kemudian perjalannya ke masjid dan sholatnya (sholat sunah) merupakan ibadah sunat baginya."(HR. Al-Ihyaa hal. 116, jilid 1).

Rosulullah Saw bersabda, “Basuhlah cela-cela jari tangan kalian, maka tidak akan dibasuh oleh Allah pada hari kiamat dengan api neraka." (HR. Duruquthni)

Keterangan:

Sebelum berwudhu disunatkan membasuh tangan. Yaitu antara jari-jari tangan dibasuh dengan air. Membasuh diantara jari-jari tangan termasuk kesempurnaan wudhu.

Rosulullah Saw bersabda, “Kecelakaan besar dari api neraka bagi tumit-tumit (yang tak terbasuh dalam berwudhu). Maka sempurnakanlah wudhu."(HR. Muslim dan Abu Dawud)

Keterangan:

Hadis-hadis di atas menerangkan betapa pentingnya menyempunakan wudhu. Untuk menyempurnakan wudhu, sebaiknya hal-hal yang sunat di dalam wudhu dilaksanakan. Yaitu:
  • Membaca basmalah.
  • Membasuh dua telapak tangan sebelum membasuh muka.
  • Berkumur.
  • Memasukkan air ke dalam hidung kemudian dikeluarkan lagi (istinsyaq).
  • Mengusap seluruh kepala dengan air.
  • Mengusap dua telinga dengan air, baik bagian luar atau bagian dalamnya.
  • Membasuh jenggot yang lebat dengan memasukkan jari-jari tangan ke dalam jenggot itu.
  • Membasuh jari-jari kaki / tangan.
  • Mendahulukan yang kanan dari yang kiri dari anggota wudhu.
  • Mengulang sampai tiga kali dalam bersuci.
  • Muwalah, yaitu mengerjakan rukun-rukun wudhu secara beruntun tanpa dipisah oleh waktu yang lama.
Dan masih banyak lagi hal-hal yang sunat dalam berwudhu seperti melebihkan dalam membasuh tangan dan kaki dari bagian yang wajib dibasuh.

sumber: Kitab “At-Targhiib Wat-Tarhiib"

19 Perkara Merusakkan Amal


1. Kufur, Syirik, Murtad, dan Nifaq.

Wahai orang Muslim, wahai hamba Allah! Ketahuilah, siapa yang mati dalam keadaan kafir atau musyrik atau murtad, maka segala amal yang baik tidak ada manfaatnya untuk mendekatkan diri kepada Allah, seperti shadaqah, silaturrahim, berbuat baik kepada tetangga dan lain-lainnya. Sebab di antara syarat taqarrub adalah mengetahui siapa yang didekati. Sementara itu orang kafir tidak begitu. Maka secara spontan amalnya menjadi rusak dan sia-sia.

Allah berfirman: "Barangsiapa yang murtad diantara kamu dari agamanya, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya" [Al-Baqarah: 217].

"Barang siapa yang kafir sesudah beriman (tidak menerima hukum-hukum Islam), maka hapuslah amalannya dan ia pada akhirat termasuk orang-orang yang merugi." [Al-Maidah: 5].

"Dan sesunggunya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: 'Jika kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi'." [Az-Zumar: 65].

Allah juga berfirman, mengabarkan tentang keadaan semua rasul: "Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya leyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan." [Al-An'am: 88].

Dan juga sabda Rasulullah saw: "Apabila orang-orang mengumpulan orang-orang yang terdahulu dan orang-orang yang kemudian untuk satu hari dan tiada keraguan di dalamnya, maka ada penyeru yang berseru: 'Barangsiapa telah menyekutukan seseorang dalam suatu amalan yang mestinya dikerjakan karena Allah, lalu dia minta pahala di sisi-Nya, maka sesungguhnya Allah adalah yang paling tidak membutuhkan untuk dipersekutukan'." [HR. At-Tirmidzi 3154, Ibnu Majah 4203, Ahmad 4/215, Ibnu Hibban 7301, hasan].

2. Riya'.

Celaan terhadap riya' telah disebutkan dalam Al-Qur'an dan Sunnah. Firman Allah: "... seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya' kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu sperti batu yang licin dan diatasnya ada tanah, kemudian batu itu mejadilah bersih (tidak bertanah). Mereka itu tidak menguasai sesuatu sesuatu apapun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang kafir." [ Al-Baqarah: 264]. 

Rasullullah saw bersabda: "Sesungguhnya yang aku paling takutkan atas kamu sekalian ialah syirik kecil, yaitu riya'. Allah berfirman pada hari kiamat, tatkala memberikan balasan terhadap amal-amal manusia, 'Pergilah kepada orang-orang yang dulu kamu berbuat riya' di dunia, lalu lihatlah apakah kamu mendapatkan balasan bagi mereka?" [HR. Ahmad 5/428, 429, shahih]. 

Maka dari itu jauhilah riya', karena ia merupakan bencana amat jahat, yang bisa menggugurkan amal dan menjadikannya sia-sia. Ketahuilah, bahwa orang-orang yang riya' adalah pertama kali menjadi santapan neraka, karena mereka telah menikmati hasil perbuatannya di dunia, sehingga tidak ada yang menyisa di akhirat. 

Ya Allah, sucikanlah hati kami dari nifaq dan amal kami yang riya' teguhkanlah kami pada jalan-Mu yang lurus, agar datang keyakinan kepada kami.

3. Menyebut-Nyebut Shadaqah dan Menyakiti Orang Yang Diberi.

Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman jangalah kamu menghilangkan (pahala) shadaqahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima)." [Al-Baqarah: 264].

Ketahuilah wahai hamba Allah! Jika engkau menshadaqahkan harta karena mengharap balasa dari orang yang engkau beri, maka engkau tidak adakn mendapatkan keridhaan Allah. Begitu pula jika engkau menshadaqahkannya karena terpaksa dan menyebut-nyebut pemberianmu kepada orang lain.

Rasulullah saw bersabda: "Tiga orang, Allah tidak menerima ibadah yang wajib dan yang sunat dari mereka, yaitu orang yang durhaka kepada orang tua, menyebut-nyebut shadaqah dan mendustakan takdir." [HR. Ibnu Abi Ashim 323, Ath-Thabrany 7547, hasan].

Abu Bakar Al-Warraq berkata, "Kebaikan yang paling baik, pada setiap waktu adalah perbuatan yang tidak dilanjuti dengan menyebut-nyebutnya."

Allah berfirman: "Perkataan baik dan pemberian maaf lebih baik dari shadaqah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun." [Al-Baqarah: 263].

4. Mendustakan Takdir.

Ketahuilah wahai orang Mukmin, iman seorang hamba tidak dianggap sah kecuali dia beriman kepada takdir Allah, baik maupun buruk. Dia juga harus tahu bahwa bencana yang menimpanya bukan unutk menyalahkannya, dan apa yang membuatnya salah bukan untuk menimpakan bencana kepadanya. Semua ketentuan sudah ditetapkan dan ditulis di Mushhaf yang hanya dikethaui Allah semata, sebelum suatu peristiwa benar-benar terjadi dan sebelum Dia menciptakan alam.

Rasulullah saw bersabda: "Tiga orang, Allah tidak menerima ibadah yang wajib dan yang sunat dari mereka, yaitu orang yang durhaka kepada orang tua, menyebut-nyebut shadaqah dan mendustakan takdir."

Dan sabda beliau yang lain: "Andaikata Allah mengadzab semua penhuni langit dan bumi-Nya, maka Dia tidak zhalim terhadap mereka. Dan, andaikata Allah merahmati mereka, maka rahmat-Nya itu lebih baik bagi mereka dari amal-amal mereka. Andaikata engkau membelanjakan emas seperti gunung Uhud di jalan Allah, maka Allah tidak akan menerima amalmu sehingga engkau beriman kepada takdir, dan engkau tahu bahwa bencana yang menimpamu, dan apa yang membuatmu salah bukan untuk menimpakan bencana kepadamu. Andaikata engkau mati tidak seperti ini, maka engkau akan masuk neraka." [HR. Abu Daud 4699, Ibnu Majah 77, Ahmad 5/183, 185, 189, shahih].

5. Meninggalkan Shalat Ashar.

Allah memperingatkan manusia agar tidak meninggalkan shalatul-wustha (shalat ashar) karena dilalaikan harta, keluarga atau keduniaan. Allah mengkhususkan bagi pelakunya dengan ancaman keras, khususnya shalat ashar. Firman-Nya: "Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang yang lalai dari shalatnya." [Al-Ma'un: 4-5]. 

Rasulullah saw bersabda: "Orang tidak mengerjakan shalat ashar, seakan-akan dia ditinggalkan sendirian oleh keluarga dan hartanya." [HR. Al-Bukhari 2/30, Muslim 626] 

Dari Abu Al-Malih, atau Amir bin Usamah bin Umair Al-Hadzaly, dia berkata, "Kami bersama Buraidah dalam suatu perperangan pada suatu hari yang mendung. Lalu ia berkata, 'Segeralah melaksanakan shalat ashar, karena Nabi saw pernah berkata: "Barangsiapa meninggalkan shalat ashar, maka amalnya telah lenyap." [HR. Al-Bukhari 2/31, 66].

6. Bersumpah Bahwa Allah Tidak Mengampuni Seseorang

Dari Jundab ra sesungguhnya Rasulullah saw mengisahkan tentang seorang laki-laki yang berkata, "Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni Fulan. Padahal Allah telah berfirman, 'Siapa yang bersumpah kepada-Ku, bahwa aku tidak mengampuni Fulan, maka aku mengampuni Fulan itu dan menyia-nyiakan amalnya (orang yang bersumpah)." [HR. Muslim 16/174].

Ketahuilah, bahwa memutuskan manusia dari rahmat Allah merupakan sebab bertambahnya kedurhakaan orang yang durhaka. Karena dia merasa yakin, pintu rahmat Ilahi sudah ditutup di hadapannya, sehingga dia semakin menyimpang jauh dan durhaka, hanya karena dia hendak memuaskan nafsunya. Allah akan mengadzabnya dengan adzab yang tidak diberikan kepada orang lain.

Bukanlah sudah selayaknya jika Allah menghapus pahala amal orang yang menutup pintu kebaikan dan membuka pintu keburukan, sebagai balasan yang setimpal baginya?

7. Mempersulit Rasulullah, dengan Perkataan maupun Perbuatan.

Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara) sebagian kamu terhadap sebagian yang lainm supaya tidak menghapus (pahala) amalanmu, sedang kamu tidak menyadarinya." [Al-Hujurat: 2].

Dari Anas bin Malik ra, tatkala ayat ini turun maka Tsabit bin Qais di rumahnya, seraya berkata, "Pahala amalku telah terhapus, dan aku termasuk penghuni neraka." Dia juga menghidari Nabi saw. Lalu beliau bertanya kepada Sa'd bin Mu'adz, "Wahai Abu Amr, mengapa Tsabit mengeluh?"

Sa'd menjawab, "Dia sedang menyendiri dan saya tidak tahu kalau dia sedang mengeluh."

Lalu Sa'd mendatangi Tsabit dan mengabarkan apa yang dikatakan Rasulullah. Maka Tsabit berkata, "Ayat ini telah turun, sedang engkau sekalian tahu bahwa aku adalah orang yang paling keras suaranya di hadapan Rasulullah. Berarti aku termasuk penghuni neraka."

Sa'd menyampaikan hal ini kepada beliau, lalu beliau berkata, "Bahwa dia termauk penghuni surga." [HR. Al-Bukhari 6/260, Muslim 2/133-134].

Dengan hadits ini jelaslah bahwa mengeraskan suara yang dapat menghapus pahala amal adalah suara yang menggangu Rasulullah, menentang perintah beliau, tidak taat dan tidak mengikuti beliau, baik perkataan maupun perbuatan.

Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman taatlah kepada Allah dan Rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu." [Muhammad: 33].

8. Melakukan Bid'ah Dalam Agama.

Melakukan bid'ah akan mengugurkan amal dan menghapus pahala. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa yang menciptakan sesuatu yang baru dalam agama kami ini yang tidak termasuk bagian darinya, maka ia tertolak."

Dalam riwayat lain disebutkan: "Barangsiapa yang melakukan suatu amalan yang tidak termasuk agama kami, maka ia tertolak." [HR. Al-Bukhari 5/301, Muslim 12/16].

9. Melanggar Hal-Hal Yang Diharamkan Allah Secara Sembunyi-Sembunyi.

Dari Tsauban ra, dari Nabi saw, beliau bersabda: "Benar-benar akan kuberitahukan tentang orang-orang dari umatku yang datang pada hari kiamat dengan membawa beberapa kebaikan seperti gunung Tihamah yang berwarna putih, lalu Allah menjadikan kebaikan-kebaikan itu sebagai debu yang berhamburan". Tsauban berkata, "Wahai Rasulullah, sebutkan sifat-sifat mereka kepada kami dan jelaskan kepada kami, agar kami tidak termasuk diantara mereka, sedang kami tidak mengetahuinya". Beliau bersabda: "Sesungguhnya mereka itu juga saudara dan dari jenismu. Mereka shalat malam seperti yang kamu kerjakan. Hanya saja mereka adalah orang-orang yang apabila berada sendirian dengan hal-hal yang diharamkan Allah maka, mereka melanggarnya." [HR. Ibnu Majah 4245, shahih].

10. Merasa Gembira Jika Ada Orang Mukmin Terbunuh.

Darah orang Muslim itu dilindungi. Maka seseorang tidak boleh menumpahkan darahnya menurut hak Islam.

Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa membunuh seorang Mukmin lalu ia merasa senag terhadap pembunuhannya itu, maka Allah tidak akan menerima ibadah yang wajib dan yang sunat darinya." [HR. Abu Daud 4270, shahih].

11. Menetap Bersama Orang-Orang Musyrik Di Wilayah Perperangan.

Dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya, dia berkata: "Aku berkata, 'wahai Nabi Allah, aku tidak pernah mendatangimu sehingga aku menjalin persahabatan lebih banyak dari jumlah jari-jari tangan? Apakah sekarang aku tidak boleh mendatangimu dan mendatangi agamamu? Sesungguhnya aku dulu adalah orang yang tidak pernah melalaikan sesuatu pun kecuali apa yang diajarkan Allah dan Rasul-Nya kepadaku, dan sesungguhnya aku ingin bertanya atas ridha Allah, dengan apa Rabb-mu mengutusmu kepada kami?"

Beliau menjawab, "Dengan Islam."

"Apakah tanda-tanda Islam itu?", Dia bertanya.

Beliau menjawab, "Hendaklah engkau mengucapkan: 'Aku berserah diri kepada Allah', hendaklah engkau bergantung kepada-Nya, mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat. Setiap orang Muslim atas orang Muslim lainnya adalah haram (menyakiti), keduanya adalah saudara dan saling menolong. Allah tidak akan menerima suatu amalan dari orang Muslim setelah dia masuk Islam, sehingga dia meninggalkan orang-orang kafir untuk bergabung dengan orang-orang Muslim." [HR. An-Nasa'i 5/82-83, Ibnu Majah 2536, Ahmad 5/4-5, hasan].

12. Mendatangi Dukun dan Peramal.

Beliau saw mengancam orang-orang yang mendatangi dukun dan sejenisnya, lalu meminta sesuatu kepadanya, bahwa shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari. Beliau bersabda: "Barangsiapa mendatangi peramal lalu bertanya tentang sesuatu kepadanya, maka shalatnya tidak akan diterima selama empat puluh hari." [HR. Muslim 14/227].

Ancaman ini diperuntukkan bagi orang yang mendatangi dukun dan menanyakan sesuatu kepadanya. Sedangkan orang yang membenarkannya, maka dia dianggap sebagai orang yang mengingkari apa yang diturunkan kepada Rasulullah saw. Beliau bersabda: "Barangsiapa mendatangi peramal atau dukun lalu membenarkan apa yang dikatakannya, maka ia telah kufur terhadap apa yang diturunkan kepada Muhammad saw." [HR. Muslim 135, Abu Daud 3904, Ahmad 2/408-476].

13. Durhaka Kepada Kedua Orang Tua.

Allah telah memerintahkan agar berbuat baik kepada ibu bapak dan berbakti kepada keduanya. Dia memperingatkan, mendurhakai keduanya dan mengingkari kelebihan keduanya dalam pendidikan merupakan dosa besar dan melenyapkan pahala amal. Rasulullah saw bersabda: "Tiga orang, Allah tidak menerima ibadah yang wajib dan yang sunat dari mereka, yaitu orang yang durhaka kepada orang tua, menyebut-nyebut shadaqah dan mendustakan takdir." 

14. Meminum Khamr.

Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa meminum khamr, maka shalatnya tidak diterima selama empat puluh pagi (hari). Jika dia bertaubat, maka Allah mengampuninya. Jika dia mengulanginya lagi, maka shalatnya tidak diterima (lagi) selama empat puluh pagi (hari). Jika dia bertaubat, maka Allah mengampuninya. Jika dia mengulanginya lagi, maka shalatnya tidak diterima (lagi) selama empat puluh pagi (hari). Jika dia bertaubat, maka Allah mengampuninya. Jika dia mengulanginya lagi, maka shalatnya tidak diterima (lagi) selama empat puluh pagi (hari). Dan, jika mengulanginya keempat kalinya, maka shalatnya tidak diterima (lagi) selama empat puluh pagi (hari). Jika dia bertaubat maka Allah tidak mengampuninya dan Dia mengguyurnya dengan air sungai al-khabal." Ada yang bertanya, "Wahai Abu Abdurrahman (Nabi), apakah sungai al-khabal itu?" Beliau menjawab, "Air sungai dari nanah para penghuni neraka." [HR. At-Tirmidzi 1862, shahih].

15. Perkataan Dusta dan Palsu.Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan palsu dan pelaksaannya, maka Allah tidak mempunyai kebutuhan untuk meninggalkan makanan dan minumannya." [HR. Al-Bukhari 4/16, 10/473]. Di dalam hadits ini terkandung dalil perkataan palsu dan pengamalannya dapat meleyapkan pahala puasa. 16. Memelihara Anjing, Kecuali Anjing Pelacak, Penunggu Tanaman atau Berburu.

Rasulullah saw bersabda: "Barangsiapa memelihara seekor anjing, maka pahala amalnya dikurangi setiap hari satu qirath (dalam riwayat lain: dua qirath) kecuali anjing untuk menjaga tanaman atau pun anjing pelacak." [HR. Al-Bukhari 6/360, Muslim 10, 240].

17. Wanita Yang Nusyuz, Hingga Kembali Menaati Suaminya.

Rasulullah saw bersabda: "Dua orang yang shalatnya tidak melebihi kepalanya, yaitu hamba sahaya yang lari dari tuannya hingga kembali lagi kepadanya dan wanita yang mendurhakai suaminya hingga kembali lagi." 

18. Orang Yang Menjadi Imam Suatu Kaum dan Mereka Benci Kepadanya.

Rasulullah saw bersabda: "Tiga orang yang shalatnya tidak melebihi telinga mereka, yaitu hamba sahaya yang lari dari tuannya sehingga dia kembali yaitu hamba sahaya yang lari dari tuannya sehingga dia kembali, wanita yang semalaman suaminya dalam keadaan marah kepadanya, dan imam suatu kaum, sedang mereka benci kepadanya." [HR. At-Tirmidzi 360, shahih].

Ada kisah yang dinukil dari Manshur, dia berkata: "Kami pernah bertanya tentang masalah imam. Maka ada yang menjawab, "Yang dimaksud hadits ini adalah imam yang zhalim. Sedangkan imam yang menegakkan Sunnah, maka dosanya kembali kepada orang-orang yang membencinya." 

19. Orang Muslim Mejauhi Saudaranya Sesama Muslim Tanpa Alasan Yang Dibenarkan Syariat.

Dari Abu Hurairah ra, seungguhnya Rasulullah saw bersabda: "Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin dan Kamis, lalu setiap hamba yang tidak menyekutukan sesuatu dengan Allah akan diampuni, kecuali seseorang yang antara dirinya dan saudaranya terdapat permusuhan. Lalu dikatakan: 'Lihatlah dua orang ini hingga keduanya berdamai. Lihatlah dua orang ini hingga keduanya berdamai. Lihatlah dua orang ini hingga keduanya berdamai. Lihatlah dua orang ini hingga keduanya berdamai." [HR. Muslim 16/122, 123].