Sesungguhnya Allah SWT berfirman pada hari qiyamat, "Hai.. anak Adam, Aku
sakit, tetapi kalian tidak menjengukKU?". "Ya Rabbi bagaimana aku menjenguk
padaMu padahal Engkau Robbul Alamin (Tuhan semesta alam). Firman Tuhan : "Apakah
anda tidak mengetahui bahwa hambaKu fulan sakit, dan anda tidak menjenguknya,
apakah anda tidak mengetahui sekiranya anda menjenguk padanya pasti anda
mendapatkan Aku padanya (pahalaKu yang tidak terhingga besarnya)". (H.R.
Muslim).
Sesungguhnya orang yang menjenguk orang sakit itu akan dinaungi
oleh Allah SWT dengan tujuh puluh lima ribu Malaikat. (R.
Ath-Thabarani).
Rasulullah SAW bersabda, "Tiga macam, ketiga-tiganya
kewajiban tiap muslim; menjenguk orang sakit dan menghadiri janazah, dan
mendo'akan orang bersin jika membaca Alhamdulillah. (H.R. Bukhari).
Jika
seorang menjenguk saudara sesama muslim diwaktu pagi maka akan dido'akan oleh
tujuh puluh ribu Malaikat hingga sore, dan jika menjenguk diwaktu sore maka akan
dido'akan oleh' tujuh puluh ribu Malaikat hingga pagi. (R.
Ahmad).
Keterangan
Menjenguk orang sakit itu sangat
dianjurkan, bahkan ia sebagai sunnat yang mu'akkad menurut pendapat Jumhur
ulama', dan sebagian ulama' Maliki yang berpendapat fardhu kifayah, Bahkan Imam
Bukhari menjelaskan wajibnya, tetapi tidak sunnat menjenguk pada orang fasiq
yang terang-terang fasiqnya, bahkan haram atau makruh sebab memang dilarang
berhubungan baik dengan fasiq, juga makruh menjenguk ahli bid'ah, lebih-lebih
apabila ia (dirinya) termasuk seorang alim, yang dapat menimbulkan salah sangka
pada umum untuk mengikutinya (murid-pengikutnya), maka dalam hal ini
haram.
Dan yang dimaksud dengan penyakit itu yang dapat menjadi udzur
untuk meninggalkan sholat jum'at. Dan menjenguk saudara muslim sakit pada hari
jum'at lebih afdhal dari lain-lainnya. Dan sunnat bagi orang yang menjenguknya
menyenangkan hati orang yang sakit, dengan menyebut pahalanya penyakit, dan
menganjurkan sabar, dan jangan sampai mengeluh dalam rintihannya, dan supaya
banyak dzikir, kemudian minta doa dari orang yang sakit (saling mendoakan)
karena hadits yang menyatakan bahwa do'a orang sakit itu sama dengan do'a
Malaikat.
Juga tersebut dalam hadits bahwa Nabi SAW jika menjenguk orang
sakit bersabda : "Laa ba'sa thahurun insya Allah (Tidak apa, penyak'itmu
menjadi penebus dosa, dan akan membersihkan kamu dari
dosa-dosamu)."
Dalam hadits yang shahih, Nabi SAW bersabda,
"Siapa yang membaca As'alu Allahal adhiem, rabbal arsyil adhiem an yasy
fiyaka 7 x. (Saya mohon kepada Allah yang maha agung, yang mempunyai arsy yang
besar, semoga menyembuhkan anda 7 x) untuk orang sakit yang belum tiba ajalnya,
pasti Allah akan menyembuhkannya dari penyakitnya.
Bukhari, Muslim
meriwayatkan bahwa Nabi s.a.w. bersabda :
"Tiada seorang mu'min yang
ditimpa oleh lelah atau penyakit, atau risau fikiran atau sedih hati, sampaipun
jika terkena duri, melainkan semua penderitaan itu akan dijadikan penebus
dosanya oleh Allah. (HR Bukhari-Muslim)
Abu Dawud meriwayatkan Nabi
s.a.w. bersabda : "Seorang mu'min jika sakit, kemudian sembuh, maka penyakit itu
menjadi penebus dosanya, dan peringatan dalam menghadapi masa depannya,
sebaliknya orang munafik jika sakit lain sembuh, maka ia bagaikan onta yang
diikat kemudian dilepas oleh majikannya, ia tidak mengtahui mengapa diikat dan
mengapa dilepas ". (HR Abu Dawud)
Bukhari meriwayatkan, Nabi s.a.w.
bersabda : "Siapa yang dikehendaki kebaikan oleh Allah padanya, maka diberinya
bala' (ujian).
Atthabarani meriwayatkan,Nabi s.a.w. bersabda : "Akan
dihadapkan orang-orang yang mati syahid untuk dihisab, kemudian orang-orang ahli
sedekah juga untuk dihisab (diadakan perhitungan amal) kemudian dihadapkan
orang-orang ahli bala' (orang mukmi yang menerima bala', dan bagi mereka ini
tidak ada timbangan amal atau hisab, sedangkan pahala dituangkan pada mereka ini
sepuas-puasnya sehingga orang-orang yang sehat dan tidak menderita itu ingin
andaikan mereka diguntingi badan mereka dengan gunting (yakni mereka akan rela)
karena melihat betapa besar pahala Allah bagi orang yang menderita bala' itu".
(HR Ath-Thabarani)
Atthabarani juga meriwayatkan, "Jika sakit seorang
hamba hingga tiga hari, maka keluar dari dosa-dosanya sebagaimana keadaannya
ketika baru lahir dari kandungan ibunya. (HR Ath-Thabarani)
Ibn Abid
Dunya meriwayatkan, "Siapa yang dapat menyembunyikan sakit panasnya satu hari
saja, maka Allah akan melepaskannya dari dosa-dosanya bagaikan keadaannya ketika
baru lahir dari kandungan ibunya. Dan dicatat untuk bebas dari neraka,
ditutupinya sebagaimana ia menutupi bala' Allah didunia (ya'ni bala' yang
dideritanya ketika hidup di dunia)". (HR Abi Dunya)
Ahmad dan
Atthabarani meriwayatkan "Sesungguhnya penyakit pening kepala dan panas dalam
itu selalu berjangkit pada seorang mu'min yang dosanya sebesar bukit uhud, maka
tidak terhenti penderitaan itu sehingga tidak ada sisa dari dosa-dosanya itu
walau seberat biji sawi". (HR Ahmad & Ath-Thabarni)
Alqadha'i
meriwayatkan, "Penyakit panas itu menjaga tiap mu'min dari neraka, dan panas
semalam cukup dapat menebus dosa setahun (HR Al-Qadha’i)
Ibn Majah
meriwayatkan, "Penyakit panas (demam) itu alat peniup jahannam, maka jauhkan
dari kamu dengan air -dingin. (HR Ibn Majah)
Ahmad, Attirmidzi, dan
Annasa'i meriwayatkan," Siapa yang mati karena sakit perut
(berak-berak/muntaber) tidak akan disiksa dalam kubur". (HR Ahmad, At-Tirmidzi
& An-Nasa’i)
Juga tersebut dalam hadits sahih, "Siapa yang menderita
mushibah (bala') pada diri dan hartanya, lalu disembunyikannya, dan tidak
mengeluh pada orang-orang, maka ia berhak untuk diampunkan oleh Allah'
ta'alla".
Abu Musa Al-asy'ari r.a. berkata : Aku putus dengan orang-orang
yang diputus hubungan oleh Rasulullah SAW, karena sesungguhnya Rasulullah s.a.w.
putus hubungan dengan orang-orang yang menjerit-jerit ketika kematian, dan yang
mencukur rambut kepalanya, dan yang merobek-robek bajunya, ketika ditimpa
mushibah. (H.R. Bukhari, Muslim).
Abdullah bin Mas'uud r.a. berkata :
Rasulullah s.a.w. bersabda, "Bukan dari ummatku orang-orang yang memukul-mukul;
mukanya, dan merobek bajunya, dan mengeluh dengan kebiasaan jahiliyah. (ya'ni
semua itu ketika menghadapi mushibah). (H.R. Bukhari, Muslim).
Alhakim
dan Ibn Hibban meriwayatkan, "Tiga macam dari pada tanda kekafiran terhadap
Allah; Merobek baju dan merintih (niyahah) dan menghina nasab orang (keturunan
orang)".
Ibn Majah meriwayatkan, "Merintih itu termasuk kebiasaan
jahiliyah, dan orang yang merintih, jika ia mati sebelum tobat, maka Allah akan
memotongkan untuknya pakaian dari lantung dan kutang dari uap api neraka. (HR
Ibn Majah)
Keterangan
Para ulama berbeda faham
tentang pahala orang sakit, apakah karena penyakitnya atau karena sabarnya.
Pendapat yang sesuai dengan hadits, yaitu jika sabar atas penyakit maka ia
diberi pahala karena penyakit dan sabarnya, jika tidak sabar, maka tidak ada
pahala sama sekali.
Izzuddin bin Abdussalam. ra berkata : Bala' mushibah
itu, tidak mengandung pahala sebab ia bukan perbuatan hamba, dan pahalanya
(dalam menerima bala' itu hanya didapat karena sabar. Tetapi penyakit itu dapat
menebus dosa meskipun tidak sabar, sebab penebus dosa tidak disyaratkan harus
usaha hamba tersebut yang diberi penyakit. Tetapi bagi yang menderita penyakit
lalu ia bersabar maka ia mendapatkan keutamaan yang besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar